pc

Tuesday, January 3, 2012

Kesaktian Budi Luhur

KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan Kejawen,
KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan KejawenBerbagai fenomena tentang kesaktian budi luhur, reproduksi budi luhur, dan status penghayat dalam hidup bermasyarakat, tampak bahwa budi luhur merupakan gerakan resistensi halus terhadap sesengkaran dalam proses agamaisasi dan kekuasaan. Untuk menemukan identitas di tengah sesengkaran itu, penghayat berusaha melakukan reproduksi nilai-nilai kejawen sebagai sumber budi luhur dengan cara rekonstekstualisasi ke dalam paguyuban dan masyarakat. Berkaitan dengan itu ada tiga temuan berharga yang dapat dirangkum.

KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan KejawenPertama, budi luhur menjadi sakti yang menggugah rasa eling, dapat menjawab kegelisahan hati dan lebih menentramkan batin dibanding mengikuti keyakinan lain. Kedua, budi luhur di kalangan penghayat sebagai carangan dari mainstream (babon) nilai-nilai kejawen, yang dianggap cocog, tidak menjadi beban hidup dan lebih mewadahi tekanan batin. Ketiga, budi luhur adalah pedoman bertindak sebagai strategi untuk menciptakan resistensi halus dengan cara drama sosial seperti penari topeng agar tercapai harmoni hidup bermasyarakat.

KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan KejawenDemikian antara lain kesimpulan desertasi yang dipaparkan oleh Drs. Suwardi, M.Hum, dalam ujian terbuka untuk memperoleh Derajat Doktor dalam Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora (Antropologi) yang disampaikan di hadapan Dewan Penguji Ujian Terbuka Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya UGM dan para tamu undangan lain yang bertempat di Gedung R.M. Margono Djojohadikusumo FIB UGM pada Kamis (17/3) lalu.

Lebih lanjut, Suwardi, Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY tersebut memaparkan, dari tiga temuan itu, dapat diabstraksikan menjadi sebuah tesis KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan Kejawenbahwa budi luhur dan budi pekerti membutuhkan seni reproduksi (carangan) dan kreasi dalam hidup untuk menjawab ketidakpastian (kegelisahan) hidup. Tesis ini memuat empat hal bahwa dalam bidang antropologi interpretif-reflektif, yaitu: (1) budi luhur dan budi pekerti adalah sistem budaya untuk menghadapi kegelisahan (ketidakpastian) hidup, (2) budi luhur dan budi pekerti adalah sumber kawicaksanan Jawa, yang menyelamatkan proses pendumadian, (3) hidup beragama adalah proses membuat carangan terus-menerus dari ajaran babon, (4) hidup membutuhkan seni dan kreasi keberagaman.

KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan KejawenDari tesis ini, ia menegaskan bahwa gagasan Clifford Geertz tentang agama sebagai sistem budaya, perlu ditambahkan. Bagi Suwardi, agama perlu seni dan kreasi budaya untuk memperoleh kesenangan, kepuasan, dan keindahan. Seni kreasi beragama adalah kawicaksanan Jawa untuk mengolah makna budaya yang dinamik, sebagai bekal ketika penghayat kelak menuju sangkan paraning dumadi, yaitu manunggaling kawula-Gusti.

Paparan desertasi Suwardi yang mengambil judul “Kesaktian Budi Luhur: sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan Kejawen” itu memakan waktu sekitar 1 jam, dipertahankan untuk KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan Kejawenmenjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh para penguji, yakni Prof. Dr. Kodiran, M.A., Prof. Dr. Suhardi, M.A., Prof. Dr. P.M. Laksono, M.A., Prof. Dr. R.M. Soedarsono, dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti. Sementara Sidang Ujian Terbuka dipimpin oleh Dr. Ida Rochani Adi, S.U., selaku Penanggung Jawab sekaligus Dekan FIB UGM.

Salah satu pertanyaan Penguji yang sempat membuat tertawa para hadirin muncul dari Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, yakni “Penghayat untuk menuju ajaran wicaksana disimbulkan dalam sesaji jenang abang putih. Tetapi dalam implementasinya, foto yang ditampilkan dalam buku yang dibagikan kepada tamu undangan justru berwarna hitam putih. Bukankah itu tidak wicaksana, karena bisa mengubah konsep?” Atas pertanyaan tersebut, Suwardi hanya tersenyum simpul.

KESAKTIAN BUDI LUHUR: Sebagai Pusaka Penghayat Kepercayaan KejawenSebelum menyampaikan nilai ujian, Prof. Dr. Kodiran, M.A., dalam sambutannya juga menyampaikan dan berpesan kepada Suwardi, ketika menulis karangan ilmiah harus menggunakan bahasa dan tulisan ilmiah. Selain itu, semoga dengan gelar Doktor ini, Suwardi bisa mengembangkan ilmu sesuai dengan ilmu yang ditekuni sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Setelah melalui rapat, akhirnya Dr. Suwardi dinyatakan lulus dan mendapat predikat “Sangat Memuaskan”. Dr. Suwardi, kelahiran Kulon Progo, 3 April 1964 ini, merupakan Doktor yang ke-1351 yang dihasilkan oleh UGM.

Di akhir acara, ucapan selamat atas kesuksesannya ini disampaikan oleh para rekan-rekan Suwardi yang hadir dalam acara Ujian Terbuka dengan berjabat tangan dan ramah-tamah.

Sumber " DR. Suwardi "   Dosen UNY melalui Seach Google "

Mengamati Kontrolversial ajaran Darmo Gandul

Masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa. Salah satunya terekam dalam Serat Darmo Gandhul yang kontroversial itu. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno itu dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan budaya dan kepercayaan lokal
Penulis serat ini tak menunjukkan jati diri aslinya. Ada yang menafsirkan, pengarangnya adalah Ronggo Warsito. Ia pakai nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti rahasia atau kabar yang dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik. Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa muncratan darah, terpenggalnya kepala dan tetesan air mata. Kaburnya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin menggulingkan kekuasaan berkedokkan agama.

Terkait dengan kisah Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ini adalah versi yang tidak lengkap, bersumber dari Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Anda bisa baca dan menilai sendiri. Hanya agar lebih enak untuk dibaca, Posmo menyuntingnya disana-sini. Yang perlu dicatat, pembaca sendiri harus kritis menyikapi isi cerita yang mungin amat tendensius ini.

Serat Darmo Gandhul pernah diterbitkan oleh Dahara Prize – Semarang berukuran 15 cm x 15 cm. Berikut ini adalah tulisan tentang Serat Darmo Gandhul yang dimuat berseri di Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Isi dari serat ini rasanya masih relevan dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana mulai bermunculan kelompok fundamentalis Islam, terorisme yang mengatas namakan agama, dan juga kelompok-kelompok yang bermimpi untuk mendirikan kekhalifahan Islam di negeri ini, dan juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Tokoh terkait:
- Darmo Gandhul - murid Ki Kalam Wadi
- Ki Kalam Wadi - penulis serat
- Raden Budi - guru Ki Kalam Wadi
- Prabu Brawijaya - Raja Majalengka (Majapahit)
- Putri Campa (Dwarawati? Dara Petak?) - permaisuri Prabu Brawijaya
- Sayid Rahmad - kemenakan Putri Campa (Sunan Ampel)
- Sayid Kramat - Sunang Bonang
- Raden Patah (Babah) - putra Prabu Brawijaya/Adipati Demak/Senapati Jimbuningrat/
Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak/Sultan Adi Surya Alam di Bintoro.
- Raden Kusen (Raden Husen/Raden Arya Pecattanda) - saudara kandung Raden Patah (lain ayah)
- Ki Bandar - sahabat Sunan Bonang
- Bandung Bondowoso
- Nyai Plencing - dedemit
- Buta Locaya - raja dedemit (mantan Patih Sri Jayabaya)
- Ni Mas Ratu Pagedongan (Ni Mas Ratu Angin-Angin)
- Kyai Tunggul Wulung
- Kyai Patih
- Syech Siti Jenar
- Tumenggung Kertosono
- Sunan Giri
- Arya Damar - Bupati Palembang
- Patih Mangkurat
- Setyasena - komandan pasukan Cina Islam
- Bupati Pati
- Adipati Pengging
- Adipati Pranaraga
- Sabdo Palon
- Naya Genggong

Sunan kali jogo kemudian mengucapkan sahadat: ashadualla illa hailallah wa ashadu anna muhamadarosulullah .yang artinya : tiada tuhan melainkan allah dan muhammat adalah rosul Allah , kemudian sunan kali jogo menjelaskan arti dari kalimat itu kepada parabu browijoyo terakhir : “Orang yang menyembah kepada arah dan tidak tau wujut itu sama artinya dengan kapir , selain itu orang yang menyembah pada puji yang ber sifat wujut di alam itu namanya menyembah berhala , makanya orng itu harus mengetahui lahir dan batinnya , makanya orng berucap harus tau apa yang di ucapkan .
Kemudian apa arti Nabi Muhamat rosullah : Muhamat itu adalah keadaan kubur , jadi badan manusia itu semuanya adalah keadaan kubur dari roso pangroso , atau sama artinya kita memuji badan kita sendiri bukannya memuji Nabi Mohamay di arab , raga manusia itu adalah wakil Allah / bayangan Allah yang ber wujut roso pangroso , rosul artinya Roso kang nusuli / rasa yang terlahir , rasa yaitu makanan yang berada di lisan .
Nusuli yaitu naik ke surga , Lullah yaitu artinya luluh jadi Lumpur , kemudian di sebut rosullullah yaitu rasa yang tidak baik ber bau salah , kemudian di jadikan satu Muhamad rosululloh artinya yaitu 1.merasakan badan 2.merasakan makanan , sudah jamaknya manusia itu mengagung agungkan rasa dan makanan makanya di sebut Muhamat Rosulullah .
Sebab dari itu kenapa apabila kita sembahyang mengucapkan “usolli” itu artinya melihat asal muasal dari diri kita sediri yang berasal dari roh idlofi / roh suci / rohnya Muhammad Rosul . artinya rosul itu rasa . yaitu kularnya rasa kehidupan yang keluar dari anggota badan yang terbuka karena ashaduala , apa bila tidak mengerti artinya sahadat maka tidak tau rukun islam dan tidak akan tahu porwaning dumadi / awal mula kejadian”. Demikian penuturan sunan kali jogo panjang lebar sehingga sang Prabu Browijoyo pamungkas mau masuk islam .

Kemudian parabu Browijaoyo minta di cukur raambutnya oleh sunan kali jogo akan tetapi rambutnya tidak mempan di potong , makanya sunan kali jogo kemudian matur kepada sang prabu browijoyo supaya masuk islam secara lahir batin karena apabila Cuma
Islam lahirnya saja rambutnya tidak mempan di potong .Kemudian sang prabu Browijoyo berkata bahwa islam nya lahir batin , barulah rambutnya bias di potong .
Setelah memotong rambutnya kemudian prabu Browijoyo menemui abdi kinasih nya Sabdo Palon dan Noyo Genggong dan berkata : “ kamu berdua sekarang aku beri tahu bahwa sejak hari ini aku meninggalkan agama budha dan berganti menjadi agama islam dan menyebut asma Allah yang sejati dan kamu sekalian aku ajak berganti agama Rosul dan meninggalakan agama budha .Sabdopalon berkata dengan sedih “Saya ini ratu dahhyang yang rumekso tanah Jawa , siapapun yang jadi raja menjadi momongan ku semenjak dari leluhur paduka dahulu Sang wiku Manu manusa , Sakutrem dan bambang Sakri turun temurun sampai sekarang saya mengasuh wiji tanah jawa , saya kalo tidur sampai 200 tahun selama saya tidur pasti ada peperangan sodara musuh sodara dan yang nakal pada makan manusia , makan bangsanya sendiri , sampai sekarang usiaku sudah 2000 lebih 3 tahun mengasuh wiji tanah jawa tidak ada yang bersalin agamanya patuh / netepi agama budha , baru paduka yang mau meninggalkan pikukuh / ajaran luhur jawa.
Jawa itu artinya mengetahui , narimo / berserah diri kemudian di sebut jawan .Suka numpang numpang nanti akibatnya menyulitkan kematian paduka besok , Sabda wiku utama di jawab oleh alam yang bergetar Sang Prabu Browijoyo di marahi oleh jawoto karena mau masuk agama rosul yang di tandai oleh di tambahnya 3 jenis mahluk di dunia yaitu 1 . yang bernama rumput jawan 2. padi Rondonunut 3. padi Mriyi.
Sang prabu kemudian bertanya lagi bagai manakah yang menjadi kemantapanmu mau atau tidak meninggalkan agama budha dan berganti agama rasul , menyebut nabi muhamad Rosulullah sebagai panutan para nabi lan menyebut asma Allah pangeran Yang Sejati.

Sabdopalon berkata dengan sendu “ paduka masuk sendiri , saya tidak tega melihat watak yang aniyaya seperti orang – orang Arab. Aniyaya itu artinya suka meng hukum dan lagi suka meng aniyaya raga , apabila saya berganti agama pasti akan menyulitkan kematian saya , yang mengatakan mulya itu kan orang Arab dan orang islam semua yang memuji agamanya sendiri , saya setia kepada agama lama , menyebut Dewo Ingkang Linangkung
Jagad ini adalah raganya dewo yang bersipat budi dan hawa , sudah menjadi jamaknya manusia itu patuh kepada eling dan budi keinginan jadi tiak menyulitkan .Apabila menyebut nabi Muhamad Rosullulloh , artinya Muhamad itu keadaan di kubur yaitu keadaan rasa yang salah hanya mengagungkan rasa badan tempat kotoran , sukanya makan enak tidak tau akibat yang di rasakan nanti . makanya di sebut Muhamad yaitu tempatnya rasa selurauh badan . Roh idlofi itu artinya roh awal / roh asal / roh suci apabila sudah rusak akan kembali ke asalnya kemmudian paduka Sang Prabu Browijoyo mau pulang ke mana . Adam itu menjadi satu dengan hyang Brahim yang artinya kebrahen / tertipu di dalam hidupnya , tidak menemuka rasa yang sejati , tetapi lahirnya rasa wujut badan . di sebut Muhamadun , tempat bersemayamnya rasa jasatnya budi jadi wujut manusia dan rasa. Apabila sudah di ambil oleh yang maha Kuasa Paduka menjadi manusia seutuhnya itu terjadi dengan sendirinya lantaran menahan keburukan , jadi bapak dan ibu tidak membuat , makanya di sebut anak karena (wontenipon wujut piyambak ) / adanya dengan sendirinya terjadinya dari gaib yang samar dari kehendak Lotowalhujwa yang menyelimutu segala wujut , terjadi dengan sendirinya dan rusak dengan sendirinya pula , Apabila telah di ambil yang Maha Kuasa hanya tinggal rasa dan perasaan yang paduka bawa , apabila menjadi Demit penunggu tanah itulah yang nista , hanya menunggui daging yang amis yang telah luluh jadi tanah.Semuanya itu tetap tidak ada gunanya di karenakan hanya kurangnya pengetahuan nya . Dikala hidupnya tidak memakan buah pohon Budhi dan buak pohon pengetahuan

hanya nrimo mati sebagai setan , makan tanah dan mengharap kiriman sesaji di kemudian hari memberi kiamat kepada anak cucu nya . Orang mati tidak terikat oleh peraturan lahiriah sudah pasti sukma berpisah dengan budi apabila tekatnya baik maka akan menerima kemuliaan akan tetapi apa bila tekatnya nyasar maka akan menerima siksanya .
Sekarang coba paduka jawab pertanyaan saya ? “ Aku mau pulang kepada asal , asal nor kembali ke nor” jawab prabu browijoyo.Sabdopalon bertutur lagi “ itulah pengetahuan orang yang bingung dikala hidupnya merugi tidak punya pengetahuan budhi , belum makan buah pengetahuan dan buah dari pohon budhi , berasal dari satu pulang satu itu bukan mati yang utama . Sedangkan mati yang utama adalah satus telung puluh : yang di sebut satus itu putus , telu itu tilas / bekas , puloh itu pulih mawujut lagi , wujutnya rusak tetapi yang rusak hanya yang berasal dari roh idofi saja , hidupnya langgeng akan tetapi raga telah pisah dengan sekma , itulah yang di sebut sahadat tanpa ashadu , berganti dengan roh suci / roh asal , sasi surup / rembulan terbenam pasti dari mana awalnya , yaitu berawal dari semenjak jadi manusia .surup artinya sumurup / mengetahi awal tengah sampai akhir , teguhlah jangan sampe goyah dari pusatnya membawa sir cipta awal “.Sang prabu berkata “ cipta saya akan ikut / nempel kepada orang linuwih “
Sabdopalon menjawab “ itu adalah orng yang kesasar seperti benalu yang menempel pada pepohonan yang besar tidak mandiri kemuliaannya hanya dari pemberian orang lain , itu bukan mati yang utama itu adalah matinya orang nista sukanya numpang – numpang tidak mandiri apabila telah di uasir kemudian nglambarang / pergi tanpa tujuan jadi berkasaan dan kemudian menempel kepada yang laen “.
Sang prabu berkata lagi : “ aku berasal dari kosong dan akan kembali kepada kosong , seperti sebelum aku terlahir belum ada apa – apa jadi matiku nanti akan seperti itu”.
Sabdopalon menjawab : “Itu adalah orang yang mati karena bunuh diri , tidak percaya ilmu ketika hidupnya seperti binatang , hanya makan , minum dan tidur , yang demikian itu hanya akan gemuk kebanyakan daging jadi bisa dikatakan hanya nrimo minum air kencing saja , hilang lah hidupnya di alam kematian “ .
Sang prabu berkata : “ aku akan menunggui makam apa bila telah luluh jadi debu “.
Sabdopalon mhnjawab:”itulah matinya orng bodoh matinya jadi setan kuburan , menunggui daging yang telah luluh jadi tanah , tidak tahu apabila biasa berganti roh idofi baru . jangankan itu non saja belum tentu tau”.
Sang prabu berkata : “ aku akan Mokso sampai dengan ragaku “
Sabdopalon menjawab: “ apa bila orang yang ber agama rosul dapat di pastikan tidak akan bisa mokso , tidak akan kuwat menelan raganya karena gemuk kebanyakn daging , orang yang mati mokso itu celaka , karena mati tetapi tidak meninggalkan jasad , itu namanya tidak sahadat tidak hidup dan tidak mati , tidak akan bisa kembali menjadi roh idofi baru dan hanya akan menjadi gunungan demit saja “.
Sang prabu berkata : “Aku tidak ingin apa – apa , tidak ber ihtiar menolak atau memilih , hanya terserah yang maha kuasa saja “.
Sabdopalon menjawab :”Paduka meninggalkan sifat , tidak merasa apa bila tercipta mempunyai suatu kelebihan , meninggalkan kewajiban sebagai manusia , manusia itu berhak menolak dan memilih , apabila sudah pasrah menjadi batu apa perlunya mencari ilmu kamulyaning pati “.
Sang prabu berkata : “ ciptaku akan pulang ke ahirat naik sorga menghadap Hyang Maha Kuasa”.
Sabdopalon menjawab:”Aherat , suwargo sudah paduka bawa ke mana – mana , jagatnya manusia itu sudah lengkap alam sahir dan kabir , ketika semenjak berujut adam sudah lengkap ahirat , suwargo , neroko , arsy , kursy kemudian Paduka mau pergi ke ahirat mana , nanti kalo kesasar looo.., padaha yang namanya ahirat itu artinya mlarat , di manapun ada aherat , kalo bisa malah saya hindari , jangan sampai saya pulang kepada kemlaratan naik ke ahirat adil negari , apa bila salah dalam menjawab pasti di hukum , di ikat dan di paksa untuk bekerja berat dan lagi tidak di upah . Masuk aherat Nusa Srenggi
Nuso artinya manuso sreng artinya pekerjaan yang berat sekali enggi artinya pekerjaan , jadi atrinya manusia dipaksa bekerja kepada ratu nuso srenggi , apa tidak ciloko manusia hidup di dunia seperti itu tadi , seluruh keluarganya hanya makan beras sejimpit , tanpa ikan , sambal maupun sayur,itu adalah ahirat yang kelihatan di toto lahir, apabila ahiratnya orang mati melebihi itu , paduka jangan sampae pulang ke aherat , jangan sampae naik ke sorga , nanti kalo kesasar, banyak rojo koyo yang berada di situ, semua Cuma nrimo berselimutkan tanah , hidupnya bekerja dengan pak saan , tidak salah di cambuk, paduka jangan sampe menghadap gosti Allah , karena gosti Allah itu tidak ber warna dan tidak ber rupa , wujutnya hanya Asmo yang meliputi dunia dan aherat , paduka belum kenal , kenalnya hanya kenal seperti cahaya lintang dan rembulan , bertemunya cahaya bersinar menjadi satu , tidak pisah dan tidak menjadi satu , jauhnya tidak terkira , dekat tapi tidak bersinggungan , saya saja tidak bisa dekat apalagi paduka , Kanjeng Nabi Musa saja tidak kuat melihat cahayanya , maka Allah tidak kelihatan , hanya Dzatnya yang meliputi seluruh wujut , paduka wiji rohani bukan dari golongan malekat , manusia raganya berasal dari nutfah , menghadap Hyang Lotowalhujwa , apabila tempatnya sudah tua minta yang baru jadi tidak bolak balek , yang di sebut mati dan hidup, yang hidup napasnya masih berjalan , artinya hidup yang langgeng tidak berubah dan tidak menjadi tua , yang mati hanya raganya , tidak merasakan kenikmatan , makanya bagi orang yang ber agama budha , apabila jasatnya sudah tua , sukmanya keluar minta ganti jasat yang bagus

agatnya manusia itu langgeng tidak berubah yang berubah itu keadaan rasa , yaitu raga / wadak yang berasal dari roh idlofi.
Prabu Browijoyo tidak lah muda dan tidaklah tua , tetapi langgeng ditengah tengah jagat paduka , berjalan tidak bergerak dari tempatnya , berada di dalam gua sir cipta yang hening . Bawalah bawaanmu , membawa dan memakan raga , asksara telah leyab , hitungan jumlahnya telah terkumpul , melesat dengan utuh . Melihat jantung katub kiri , surut karena sir cipta , bertujuan di cetho cethik cethak (lidah menempel di atas langit – langit) itulah puncak dari pengetahuan , pengetahuannya orang budha , masuk nya roh berjalan melalui cethak , berhenti lagi di cethik , keluar di kalamwadi , gila lautan rahmat kemudian masuk di guwa garba / rahim perempuan , jatuhnya kenikmatan berada di dasarnya bumi rahmat , disitulah budi membuat istana baitullah yang mulia , kejadiannya dari sabda Kun , jadi berada di tengah – tengahnya jagat sorganya ibu , oleh sebab itulah manusia keblatnya derada di tengahnya jagad , jagadnya manusia itu Gua Sir Cipta namanya , di bawa ke mana – mana tidak berubah , umurnya sudah di tentukan , tidak bisa diajukan dan di undurkan , sudah tertulis di dalam lauhful mahfudz , bejo dan celakanya tergantung dari budi nalar dan pengetahuannya , yang kurang dalam ihtiarnya maka bekuranglah bejo / keberuntungannya , inilah asal muasal dari keblat papat / 4 penjuru mata angin yaitu : wetan , kilen , kidul , ler / timur , barat , selatan , utara .Artinya Wetan :yaitu wiwitan manusia maujut , artinya Kilen / kulon : orang tuwa kita kelon / kelonan / berhubungan intim , artinya Kidul : seorang istri di dudul / di masuki organ intimnya , kemudian artinya Lor : lahir / lahirlah jabang bayi , tanggal sepisan kapurnaman , Por itu artinya : jumbuh , Na itu artinya : ana / ada , Ma artinya : maujut /madep dating ujut / berujut , Jumbuh itu artinya pepak / lengkap , serba ada melingkupi alam sahir dan kabir . Tanggal sepisan /awal waktu manusia terlahir dari seorang ibu bersamaan dengan kakang mbarep adi ragil , Kakang Mbarep Itu kawah / air ketuban , Adi Ragil itu ari – ari , saudara yang terlahir bersamaan tanggal gaib nya , menjaga hidup dan kesadarannya , penjelmaan cahaya , ber ujud cahaya , pintu semua eling / kesadaran , siang dan malam janganlah takut dengan semua kejadian , ingatlah semuanya , terbit dan tengelamnya jangan sampai samar / ragu , dulu sekarang dan besok inilah pengetahuan orang Jawi yang ber agama budha .
Raga itu di ibaratkan kapal , sedangkan sukma adalah nahkodanya sebagai penunjuk arah , apabila kapal berjalan ke arah yang salah karena sang nahkoda maka akan menemui celaka , kapal akan pecah , orangnya rebah . Oleh karena itu harus mapan / teratur dan
terarah selagi kapal masih berjalan , apabila tidak mapan hidupnya , konon lagi matinya pasti juga tidak akan bisa mapan netepi sebagai titah manusia , apabila kapalnya pecah maka pisah dengan nahkodanya , artinya sukma berpisah dengan budi ,itulah yang di sebut sahadat , yaitu pisahnya kawulo dan gosti , Sah artinya pisah , Dat artinya dzatnya Gosti , apabila telah pisah antara raga dan sokma Budinya berganti baittullah , napas tali memuji kepada gosti , apabila telah terpisah raga , sukma dan budi , dalam keadaan mertitis / berangan angan yang tidak – tidak maka matinya akan salah selamanya , ini harus lah sangat berhati hati , ingatlah kepada asal dari kawulo , kawulo / seorang hamba juga wajib dan wenang matur dateng Gosti , meminta baitullah yang baru melebihi dari yang lama , raga dari manusia inilah yang disebut baitullah atau perahu buatan Allah , kejadiannya dari sabda Kun , apabila bitullah nya orang Jawi bisa manitis kepada baitullah lagi yang lebih bagus , sedangkan orang islam baitullah nya tinggal pangroso sedangkan kapalnya telah remuk .Apabila sukma itu mati alam dunia ini nati akan suwong / kosong , tidak ada manusia dan apabila manusia itu terus hidup maka dunia ini akan penuh sesak dengan manusia , berjalannya dari urutan yang tua kemudian yang muda demikian sampai ke pada roh lapisan / roh awal / roh sejati , walaupun sukmanya manusia apabila tekatnya nasar / tidak benar maka akan menjelma menjadi kuwuk / demit
, dan walaupun sukmanya hewan bisa juga menjalma jadi manusia , ( sesuai kehendak dan keadilan yang maha kuasa manusia itu ngunduh wohing pakarti / menuai sesuai apa yang di tanamnya . Ketika batara Wisnu memerintah di kerajaan Medang Kasapto , hewan hewan serta lelembut di cipta menjadi manusia menjadi bala tentaranya , Oleh sebab itu ketika eyang Paduka menjadi raja di kerajaan Gajah Oya bau badan dari orang satu dan yang lainnya berbeda beda sesuai dengan dahulunya ketika masih menjadi hewan .Serat tapak Hyang atau yang sering di sebut Sastrojendro Hayuningrat , terjadi karena darisabda kun , yang di namakan Jithok / punuk / buhul artinya puji thok / pujian saja , dewa yang membuat cahya menyelimuti seluruh badan , artinya incengen aneng cengelmu atau lihatlah pada dirimu sendiri
dari berbagai sumber dan dunia Maya "

Belajar Mencintai dari Serat Nitisruti Pupuh Pucung

1.Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung,
kang wus tanpa sama,
iya iku wong kang bangkit,
amenaki manahe sasama-sama.

(Yang disebut memiliki sifat luhur dalam hidup
yang tidak ada tandingannya,
yaitu orang yang bisa membangkitkan,
menyenangkan hati sesama manusia)

2.Saminipun kawuleng Hyang kang tumuwuh,
kabeh ywa binada,
anancepna welas asih,
mring wong tuwa kang ajompo tanpa daya.

(Sesama makhluk Gusti yang Hidup,
semua jangan dibeda-bedakan,
tanamkan rasa welas asih,
terhadap orangtua yang jompo tanpa daya)

3.Malihipun rare lola kawlas ayun,
myang pekir kasiyan,
para papa anak yatim,
openana pancinen sakwasanira.

(Disamping itu anak terlantar juga dikasihi,
juga terhadap kaum miskin,
anak yatim yang papa,
peliharalah se-kuasamu)

4.Mring wong luput den agung apuranipun,
manungsa sapraja,
peten tyase supadya sih,
pan mangkana wosing tapa kang sanyata.

(Terhadap orang yang salah berilah ampunan yang besar,
manusia satu negara,
ambillah hatinya supaya muncul asih tresno,
Hal seperti itu adalah inti bertapa yang senyatanya)


5.Yen amuwus ywa umres rame kemruwuk,
brabah kabrabeyan,
lir menco ngoceg ngecuwis,
menek lali kalimput kehing wicara,

(Kalau ngomong jangan terlalu banyak bicara,
karena banyak yang terganggu,
seperti burung menco yang ngecuwis,
lupa diri karena banyak bicara)

6.Nora weruh wosing rasa kang winuwus,
tyase katambetan,
tan uninga ulat liring,
lena weya pamawasing ciptamaya.

(Tidak mengerti apa yang diomongkan,
karena hatinya tertutup,
tidak memahami pasemon,
tidak hati-hati terhadap pola pikirnya)


7.Dene lamun tan miraos yen amuwus,
luwung umendela,
anging ingkang semu wingit,
myang den dumeh ing pasmon semu dyatmika.

(Kalau tidak bisa merasakan,
lebih baik diam,
terhadap perkara yang tidak diketahui,
dan milikilah perilaku yang tenang)

8.Yen nengipun alegog-legog lir tugu,
basengut kang ulat,
pasmon semu nginggit-inggit,
yen winulat nyenyengit tan mulat driya.

(Ketika diammu membisu seperti tugu,
dan roman muka mbesengut,
penampilan semu nginggit-inggit,
jika dilihat akan menyakitkan dan tidak bisa menyenangkan hati)


9.Kang kadyeku saenggon-enggon kadulu,
ngregedi paningal,
nora ngresepake ati,
nora patut winor aneng pasamuwan.

(Yang seperti itu ketika dilihat,
tidak enak untuk dipandang,
tidak meresap dalam hati,
tidak patut untuk berkumpul dalam sebuah pertemuan)

10.Wong amuwus aneng pasamuwan agung,
yeka den sembada,
sakedale den patitis,
mengetanawarahe Panitisastra.

(orang yang datang pada pertemuan agung,
harus sembodo,
setiap yang diucapkan harus patitis,
ingatlah petunjuk panitisastra)


11.Kang kalebu musthikaning rat puniku,
sujanma kang bisa,
ngarah-arah wahyaning ngling,
yektinira aneng ngulat kawistara.

(Yang termasuk manusia unggul itu,
adalah manusia yang bisa,
menempatkan diri saat waktunya berbicara,
sejatinya tampak dalam roman mukanya)


12.Ulat iku nampani rasaning kalbu,
wahyaning wacana,
pareng lan netya kaeksi,
kang waspada wruh pamoring pasang cipta.

(Roman muka itu menunjukkan rasa hati,
waktunya bersamaan dengan sorot mata,
Yang waspada tentu tahu terhadap pamor pasang cipta)

13.Milanipun sang Widhayaka ing dangu,
kalangkung waskitha,
uninga salwiring wadi,
saking sampun putus ing cipta sasmita.

(Makanya dahulu sang widhayaka,
lebih waskita,
tahu semua rahasia,
karena sudah putus dengan cipta sasmita)


14.Wit wosipun ngagesang raosing kalbu,
kumedah sinihan,
ing sasamaning dumadi,
nging purwanya sinihan samaning janma.

(Karena hidup itu adalah rasanya hati,
harus mencintai terhadap sesama makhluk hidup,
itu merupakan awal dicintai oleh sesama manusia)


15.Iku kudu sira asiha rumuhun,
kang mangka lantaran,
kudu bangkit miraketi,
mring sabarang kang kapyarsa katingalan.

(Untuk itu Anda harus tresno asih lebih dulu,
yang menjadi awal,
harus membangkitkan rasa mempererat,
terhadap semua hal yang terdengar dan terlihat)


16.Iya iku kang mangka pangilonipun,
bangkita ambirat,
ingkang kawuryan ing dhiri,
anirnakna panacad maring sasama.

(Iya itu yang menjadi kaca benggala,
bisa menghilangkan,
yang tampak pada diri,
menghilangkan kecurigaan pada sesama)


17.Kabeh mau tepakna ing sariramu,
paran bedanira,
kalamun sira mangeksi,
solah bawa kang ngewani lawan sira.

(Semua itu tempatkan pada dirimu,
bagaimana bedanya antara kamu,
dengan solah bawa yang menjengkelkan hatimu)


18.Nadyan ratu ya tan ana paenipun,
nanging sri narendra,
iku pangiloning bumi,
enggonira ngimpuni sihing manungsa.

(Meskipun ratu juga tidak ada bedanya,
tetapi ratu adalah untuk kaca benggala dunia
sebagai kumpulan cinta terhadap sesama)


19.Mapan sampun panjenengan sang aprabu,
sinebut narendra,
ratuning kang tata krami,
awit denya amenaki tyasing janma.

(Karena sudah diangkat jadi ratu,
juga disebut pemimpin,
ratunya tata krama,
karena perbuatannya menyenangkan hati manusia lainnya)


20.Kang kawengku sajagad sru kapiluyu,
kelu angawula,
labet piniluta ing sih,
ing wusana penuh aneng pasewakan.

(Rakyat yang dipikul menjadi senang,
akhirnya senang menjalankan perintah,
karena dari rasa cinta )

Menyimak Serat Joyoboyo

Salah satu ajaran untuk mencari kesempurnaan hidup (kasampurnaning urip) adalah dengan mempelajari Layang Joyoboyo. Dalam layang tersebut Sri Aji Joyoboyo menuliskan petuah terhadap generasi mudah khususnya bangsa Jawa untuk tidak melupakan ajaran Kejawen. Layang ini ditulis dengan huruf Jawa asli dan terdapat 75 halaman. Apa saja yang bisa kita pelajari? Dan bagaimana bunyi Layang Joyoboyo tersebut? Inilah kutipannya.

HODJOBROLO :1
Gusti ingkang moho welas asih lan moho wicaksono,ugo Gusti uwes maringi pangerten marang bongso jowo lan djalmo manungso kang ono ing jagat iki.tumindakho kang becik marang sapodo padaning urip. ugo tumindakho kang jujur marang gusti nganggo roso kang ono ing rogo siro,semono ugo gusti bakal maringi balesan  marang opo  kang siro lakokake ing bumi mulyo kene,ugo ing bumi sentoso mengkene
(Gusti yang maha pengasih dan bijaksana, juga Gusti yang memperikan pengertian terhadap bangsa Jawa dan semua manusia di Jagad ini. Bertindaklah yang baik terhadap sesama makhluk hidup. Juga bertindaklah yang jujur terhadap Gusti dengan menggunakan rasa yang ada di ragamu, dengan begitu Gusti akan memberi balasan terhadap apa yang telah kamu lakukan di bumi yang mulya dan sentosa ini)

HODJOBROLO :2
Gusti kang moho mekso,marang ukum kang dadi kekarepane,ugo gusti kang pareng sekso marang sopo kang tumindak cidro. amergo sabdaning gusti kuwi ora ono kang biso ngalang-ngalangi.semono ugo kekarepane gusti
(Gusti yang maha memaksa, terhadap hukum yang jadi kehendakNYA, juga Gusti yang memberikan siksa terhadap siapa saja yang bertindak buruk. Karena sabdanya Gusti itu tidak ada yang bisa menghalang-halangi, begitu juga kehendakNYA)

HODJOBROLO:3
gusti kang moho kuwoso kang njogo langit  sarto bumi ,semono ugo gusti kang moho kuwoso njogo kahuripan kang katon ono ugo kang ora katon,lan sak isine kang ono ing jagat iki,tanpo kuwasane gusti kang moho suci bakal sirno jagad iki ,semono ugo bakal ora ono kahuripan sak iki.
(Gusti yang hama kuasa yang menjaga langit dan bumi, begitu juga Gusti yang maha kuasa menjaga kehidupan yang tampak juga yang tak tampak, dan semua yang ada di jagad ini, tanpa kuasa Gusti yang maha suci bakal sirna jagad ini, begitu juga bakal tidak ada kehidupan sekarang)

HADJOBROLO:4
gusti kang pareng balesan bongso jowo kang ora melu marang dalane gusti ,lan gusti pareng sabda:siro bongso jowo yen percoyo marang gusti turutono opo kang dadi panjaluke gusti,anangeng yen siro ora percoyo,kasengsarane urip siro bakal teko
(Gusti yang memberi balasan terhadap Bangsa Jawa yang tidak ikut terhadap aturan Gusti, dan Gusti memberi sabda: Kalian Bangsa Jawa kalau percaya terhadap Gusti ikutilah apa yang menjadi perintah Gusti, tetapi kalau kalian tidak percaya, kesengsaraan hidup kalian bakal datang)

HADJOBROLO:5
gusti uwes maringi sabdo marang aku kang tak tulis ono ing kitab joyoboyo,bongso jowo kabeh kang nglalekake gusti uripe bakal kurang  sandang lan pangan,ugo lemah kang mahune ijo bakal tak garengake koyo mahune nganti akhir siro kabeh nduweni katentreman
(Gusti sudah memberikan sabda terhadap aku yang kutulis dalam kita Joyoboyo, Bangsa Jawa semua yang melupakan Gusti hidupnya bakal kekurangan sandang dan pangan, juga tanah yang semula subur bakal kering kerontang seperti asalnya hingga akhirnya kalian semua memiliki ketentraman)

HADJOBROLO:6
gusti kang pareng sabdo kajawen diturunake ing tanah jowo soko kuwasane gusti kang moho wicaksono, supoyo bongso jowo kuwi biso nduweni kahuripan kang sampurno ing bumi mulyo kene lan mirangake opo kang dadi panjaluke gusti  anangeng siro biso ngrasake kahuripan yen siro kuwi ing bebayan
(Gusti yang memberi sabda Kejawen diturunkan di tanah Jawa dari kuasa Gusti yang maha bijaksana, supaya bangsa Jawa itu bisa memiliki kehidupan yang sempurna di bumi yang mulya ini dan mendengarkan apa yang menjadi perintah Gusti dan kalian bisa merasakan kehidupan saat dalam keadaan bahaya)

HODJOBROLO:7
gusti kang njunjung drajat kahuripane kawulo lan iki kang dadio sabdaning gusti marang bongso jowo kabeh,kang iseh mangerteni marang opo kang dadi kekarepane gusti,semono ugo gusti bakal njunnjung derajat kasengsarakane uripe bongso jowo yen bongso jowo kuwi mangerteni ukume gusti
(Gusti yang menjunjung derajat kehidupan rakyat dan ini yang menjadi sabda Gusti terhadap bangsa Jawa semua, yang masih memahami terhadap apa yang menjadi perintah Gusti, dengan demikian Gusti akan menjunjung derajat kesengsaraan hidup bangsa Jawa ketika bangsa Jawa itu mengerti hukumnya Gusti)

hODJOBROLO:8
siro bongso jowo sejatine nduweni pangomongane gusti kang moho kuwoso kang pareng pepadange kahuripan,supoyo dalan siro kang peteng biso dadi padang,anangeng siro bongso jowo malah ngalekake pangomongane gusti kang tinulis ono kitab joyoboyo
(Kalian bangsa Jawa sejatinya dipelihara Gusti yang maha kuasa yang memberi terang kehidupan, supaya jalan kalian yang gelap bisa menjadi terang, tetapi kalian bangsa Jawa malah melupakan Gusti yang memelihara kalian seperti yang tertulis di kitab Joyoboyo)

HODJOBROLO:9
siro bongso jowo arep nyuwun opo maneh marang gusti sebab kadegdayan kabeh uwes ono ing rogo siro lemah kang mahune gareng biso telesake ,ugo lemah kang mahune teles biso siro garengake yen siro kuwi percoyo marang kuwasane gusti,sebab kahuripane bongso jowo kang ora percoyo marang gusti bakal nemokake kasengsaran kang gede ing tembe mburine
(Kalian bangsa Jawa mau memohon apa lagi pada Gusti sebab semua kejadian sudah ada di raga kalian. Tanah yang tadinya kering bisa menjadi basah, juga tanah yang tadinya basah bisa kalian keringkan kalau kalian percaya terhadap kuasa Gusti, sebab kehidupan bangsa Jawa yang tidak percaya terhadap Gusti akan menemukan kesengsaraan yang besar di belakang hari).

HODJOROLO :9
Gusti kang pareng sabdo bongso jowo ,yo kuwi bongso kang wiwitan kang dadi ciptakane gusti kang teko ing bumi mulyo iki kang nggowo kuasane gusti ,sak durunge ono jalmo manungso ,anangeng sabdaning gusti kang uwes katulis ingkitab joyoboyo:siro bongso jowo yen bumi mulyo iki uwes kebak karo jalmo manungso kang dadi ciptakane gusti.siro bongso jowo bakal lali marang agama peparingane gusti marang isine kitab joyoboyo
(Gusti yang memberi sabda pada bangsa Jawa, yaitu bangsa awal yang menjadi ciptaan Gusti yang datang di bumi yang mulya ini yang membawa kuasa Gusti sebelum ada manusia, sabda Gusti yang sudah tertulis dalam kitab Joyoboyo: Kalian bangsa Jawa jikalau bumi mulya ini sudah penuh dengan umat manusia yang menjadi ciptaan Gusti, kalian bangsa Jawa bakal lupa terhadap agama (tuntunan) pemberian Gusti lewat isi Kitab Joyoboyo)

HODJOROLO 10
Gusti kang moho mriksani marang kedadean kang nyoto,marang tumindake bongso jowo kang ora nerimo marang peparingane gusti kang mohosuci.banjur gusti pareng sabdo:yen tanah jowo katekan jalmo manungso liyo kang dadi ciptakane gusti .agamo jowo lan isine kitab joyoboyo kang ditules bongso jowo bakal tak sirnakake dene kuwasane gusti kang moho suci
(Gusti yang maha melihat terhadap kejadian yang nyata, pada tindak-tanduk bangsa Jawa yang tidak bersyukur terhadap pemberian Gusti yang maha suci. Maka Gusti akan memberi sabda: Jika tanah Jawa sudah kedatangan manusia lain yang menjadi ciptaan Gusti. Agama (tuntunan) Jawa dan isi kitab Joyoboyo yang ditulis bangsa Jawa bakal aku sirnakan dengan kuasa Gusti yang maha suci)

HODJOROLO:11
Lan bongso jowo ora bakal iso maneh mangerteni marang agamane bongso jowo kang tekane soko gusti.banjur goro goro kuwi teko lan ndadekake kahurioane bongso jowo,lali marang asal usule lan ninggalake marang wekasane gusti kang moho suci kang uwes katulis ono ing kitab joyoboyo kanggone bongso jowo
(Dan bangsa Jawa tidak bakal bisa lagi memahami terhadap agama (tuntunan) bangsa Jawa yang datangnya dari Gusti. Karena lantaran itu datang dan menjadikan kehidupan bangsa Jawa, lupa terhadap asal-usulnya dan meninggalkan terhadap pesan Gusti yang maha suci yang sudah kutulis dalam kitab Joyoboyo terhadap bangsa Jawa)

HODJOROLO:13
Gusti kang pareng dawoh :bongso kang mahune diparingi kadegdayan marang gusti ,malah ditinggalake. nganti akhire sabdoning guti kuwi teko ,ngrusak kahuripane bongso jowo ,lan bongso jowo sopo wahe kang ora mirengake opo kang dadi kekarepane gusti,ugo ninggalake marang wekasane gusti bakal keno ukumane gusti kang gedhe ,semono ugo siro kabeh bakal ora bakal biso nyuwun panguksumo,kajoboi nrimo marang ukumane gusti kang pareng sikso marang bongso jowo kang uwes katukis ono kitab joyoboyo
(Gusti yang memberi perintah: bangsa yang tadinya diberi kesaktian oleh Gusti, malah ditinggalkan. Hingga akhirnya sabda buruk itu datang, merusak kehidupan bangsa Jawa, dan bangsa Jawa siapa saja yang tidak mendengarkan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan pesan Gusti bakal terkena hukuman yang besar, begitu juga kalian semua bakal tidak bisa minta ampun, kecuali menerima terhadap hukuman Gusti yang memberikan siksa terhadap bangsa Jawa yang sudah tertulis dalam kitab Joyoboyo)

LAYANG JOYOBOYO (2)
HOSOROPOLO
Gusti pareng dawuh marang aku: siro bongso jowo sejatine uwes diparingi gusti kadegdayan ,kanggo kaperluane siro sak bendinane  awet tanah jowo kang mahune gundul gusti dadekake ijo supyo siro bongso jowo biso krasan marang panggenan kang anyar iki
(Gusti memberi perintah pada diriku: Kalian bangsa Jawa sejatinya sudah diberi Gusti kesaktian, untuk keperluan kalian setiap harinya karena tanah Jawa yang tadinya gundul dibuat hijau supaya kalian bangsa Jawa bisa kerasan di tempat yang baru ini)

HOSOROPOLO
Anangeng  sabdaning gusti kang tak tulis ono kitab joyoboyo kanggone siro bongso jowo ,gusti pareng dawoh siro bongso jowo bakal ninggalake agomo peparingane gusti kang moho suci,lan gusti pareng sabdo siro bongso jowo bakal lungo adoh kanggo nggoleki asmane gusti ,siro dewe ora bakal duwe ketentreman yen siro kuwi lali marang asmane gusti kang uwes temurun kanggone siro kabeh ing tanah jowo
(Tetapi sabda Gusti yang kutulis di kitab Joyoboyo bagi kalian bangsa Jawa, Gusti memberi kabar kalian bangsa Jawa bakal meninggalkan agama (tuntunan) pemberian Gusti yang maha suci, dan Gusti memberikan sabda terhadap kalian bangsa Jawa bakal pergi jauh untuk mencari asma (nama) Gusti, kalian sendiri tidak bakal memiliki ketentraman kalau kalian lupa terhadap asma (nama) Gusti yang sudah diturunkan untuk kalian semua di tanah Jawa)

HOSOROPOLO
Sebab sabdoning gusti kang uwes tak tulis ono kitab joyoboyo kanggone siro malah siro tinggalake.menyang monco endi wahe siro lungo lan iki sabdaning gusti ,bongso jowo ora bakal nduwe ketentreman nganti wanci bali ono ing ngersane gusti
(Sebab sabda dari Gusti yang sudah kutulis di kitab Joyoboyo untuk kalian malah kalian tinggalkan. Pergi keluar negeri mana saja kalian dan ini sabda Gusti, bangsa Jawa tidak bakal memiliki ketentraman hingga saat kembali ke haribaan Gusti)

HOSOROPOLO
Amergo pangerteni gusti kuwi luwih duwur katimbang siro bongso jowo kang diparing gusti : budi, roso,pikiran lan angen2 ,supoyo siro biso mangerteni marang dununge kahuripan kang tekane soko gusti ,anangeng djalmo manungso kang dadi ciptane gusti kuwi,ngendiko marang siro,iki sejatine agamane siro ,sejatine jalmo manungso kuwi ngapusi marang siro sebab siro jalmo manungso wiwitan  teko ono ing jagat kang nggowo agamane gusti
(Karena pemahaman terhadap Gusti itu lebih tinggi daripada kalian bangsa Jawa yang diberi Gusti: budi, rasa, pikiran dan angan-angan, supaya kalian bisa memahami terhadap keberadaan hidup yang datangnya dari Gusti, tetapi umat manusia yang menjadi ciptaan Gusti itu, berkata terhadap kalian, ini sjeatinya agama kalian, sejatinya manusia itu menipu terhadap kalian sebab kalian adalah manusia pertama yang datang di jagad dengan membawa agamanya Gusti)

HOSOROPOLO

Gusti kang pareng sabdo ; bongso jowo kabeh kang ono ing jagat iki bakal ora mirengake maneh marang ngendikane gusti awit sabdoning gusti uwes luweh disik teko
(Gusti yang memberi sabda: bangsa Jawa semua yang ada di jagad ini bakal tidak mendengarkan lagi terhadap perintah Gusti sebab sabda Gusti sudah datang terlebih dahulu)

HOSOROPOLO
Banyu kang mahune resik bakal dadi reget yen siro bongso jowo kuwli lali marang wekasane gusti ,ugo asmane gusti kang manggon ono ing roso siro.bakal sirno soko kahuripane bongso jowo semono ugo kasumparnane gusti kang papat kang ditetesake ing bumi suci bakal sirno soko kahuripane siro
(Air yang tadinya bersih bakal menjadi kotor jika kalian bangsa Jawa lupa terhadap perintah Gusti, juga asma (nama) Gusti yang tinggal di dalam rasa kalian. Bakal sirna dari kehidupan bangsa Jawa begitu juga empat kesempurnaan Gusti yang diteteskan di bumi suci ini bakal sirna dari kehidupan kalian)

HOSOROPOLO
Gusti kang moho kuwoso kang pareng keslametan dumateng kawulo rino klawan wengi  among panjenengane gusti kulo pasrahaken gesang lan sedoh kawulo sirno bebayan sakeng  kuwoso panjenengan kagem sak lawase lan iki kang dadi sabdaning gusti marang bongso jowo kang isih mangerteni kuwasane gusti
(Gusti yang maha kuasa yang memberi keselamatan padaku siang dan malam, hanya padaMU Gusti saya pasrahkan hidup dan matiku sirna semua bahaya dari kuasaMU untuk selamanya dan ini yang menjadi sabda Gusti terhadap bangsa Jawa yang masih memahami kuasanya Gusti)

Asal Muasal Huruf Jawa dan Khakekatnya

Aksara Jawa sangat berkaitan dengan sejarah dari Ajisaka. Sang Ajisaka itulah yang menciptakan aksara Jawa yang kita kenal hingga saat ini. Bagaimana kisahnya?

Dahulu kala, di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan bernama Ajisaka. Selain tampan, Ajisaka juga berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Sang Satria mempunyai dua orang punggawa yang bernama Dora dan Sembada. Kedua punggawa itu sangat setia pada Ajisaka. Pada suatu hari, Ajisaka berkeinginan pergi berkelanan meninggalkan Pulau Majethi. Kepergiannya ditemani punggawanya yang bernama Dora, sementara Sembada tetap tinggal di Pulau Pulo Majethi, diperintahkan menjaga pusaka andalannya. Ajisaka berpesan pada Sembada, tidak boleh menyerahkan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali pada Ajisaka sendiri. Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya.

Pada masa itu di tanah Jawa terdapat negara yang terkenal makmur, tertib, aman dan damai, yang bernama Medhangkamulan. Rajanya adalah Prabu Dewatacengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. Pada suatu hari, juru masak kerajaan mengalami kecelakaan, jarinya terbabat pisau hingga terlepas. Ki Juru Masak tidak menyadari bahwa potongan jarinya tercebur ke dalam hidangan yang akan disuguhkan pada Sang Prabu. Ketika tanpa sengaja memakan potongan jari tersebut, Sang Prabu serasa menyantap daging yang sangat enak, sehingga ia mengutus Sang Patih untuk menanyai Ki Juru Masak.

Setelah mengetahui yang disantap tadi adalah daging manusia, sang Prabu lalu memerintahkan Sang Patih agar setiap hari menghaturkan seorang dari rakyatnya untuk santapannya. Sejak saat itu Prabu Dewatacengkar mempunyai kegemaran menyeramkan, yaitu menyantap daging manusia. Wataknya berbalik seratus delapanpuluh derajat, berubah menjadi bengis dan senang menganiaya. Negara Medhangkamulan berubah menjadi wilayah yang angker dan sepi karena rakyatnya satu persatu dimangsa rajanya, sisanya lari menyelamatkan diri. Sang Patih pusing memikirkan keadaan, karena sudah tidak ada lagi rakyat yang bisa dihaturkan pada rajanya.

Pada saat itulah Ajisaka bersama punggawanya, Dora, tiba di Medhangkamulan. Ajisaka heran melihat keadaan yang sunyi dan menyeramkan itu, maka ia lalu mencari tahu penyebabnya. Setelah mendapat keterangan mengenai apa yang sedang terjadi di Medhangkamulan, Ajisaka lalu menghadap Rekyana Patih dan menyatakan kesanggupannya menjadi santapan Prabu Dewatacengkar. Pada awalnya Sang Patih tidak mengizinkan karena merasa sayang bila Ajisaka yang tampan dan masih muda harus disantap Sang Prabu. Namun tekad Ajisaka sudah bulat, sehingga akhirnya iapun dibawa menghadap Sang Prabu.

Sang Prabu tak habis pikir, mengapa orang yang sedemikian tampan dan masih muda mau menyerahkan jiwa raganya untuk menjadi santapannya. Ajisaka mengatakan, ia rela dijadikan santapan sang Prabu asalkan dihadiahi tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya. Di samping itu, harus Sang rabu sendiri yang mengukur wilayah yang akan dihadiahkan tersebut. Sang Prabu menyanggupi permintaannya.

Ajisaka kemudian mempersilakan Sang Prabu menarik ujung ikat kepalanya. Sungguh ajaib, ikat kepala itu seakan tak ada habisnya. Sang Prabu Dewatacengkar terpaksa mundur dan semakin mundur, sehingga akhirnya tiba ditepi laut Selatan. Ikat kepala tersebut kemudian dikibaskan Ajisaka sehingga Sang Prabu terlempar jatuh ke laut. Seketika wujudnya berubah menjadi buaya putih. Ajisaka kemudian menjadi raja di Medhangkamulan.

Setelah dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan, Ajisaka mengutus Dora pergi kembali ke Pulo Majethi menggambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Setibanya di Pulau Majethi, Dora menemui Sembada dan menjelaskan bahwa ia diperintahkan untuk mengambil pusaka Ajisaka. Sembada tidak mau memberikan pusaka tersebut karena ia berpegang pada perintah Ajisaka ketika meninggalkan Majethi. Sembada yang juga melaksanakan perintah Sang Prabu memaksa meminta agar pusaka tersebut diberikan kepadanya. Akhirnya kedua punggawa itu bertempur. Karena keduanya sama-sama sakti, peperangan berlangsung seru, saling menyerang dan diserang, sampai keduanya sama-sama tewas.

Kabar mengenai tewasnya Dora dan Sembada terdengar oleh Sang Prabu Ajisaka. Ia sangat menyesal mengingat kesetiaan kedua punggawa kesayangannya itu. Kesedihannya mendorongnya untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang yang dikasihinya itu.

Aksara tersebut berbunyi:

Ha Na Ca Ra Ka = yang berarti Ana utusan (ada utusan)
Da Ta Sa Wa La = Padha kekerengan (saling berselisih pendapat)
Pa Dha Ja Ya Nya = Padha digdayané (sama-sama sakti)
Ma Ga Ba Tha Nga = Padha dadi bathangé (sama-sama menjadi mayat)

Hakekat HA NA CA RA KA
HA = Hana hurip wening suci
         (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci)

NA = Nur candra,gaib candra,warsitaning candara
         (harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi)

CA = Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi
         (satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)

RA = Rasaingsun handulusih
         (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)

KA = Karsaningsun memayuhayuning bawana
         (hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)

DA = Dumadining dzat kang tanpa winangenan
         (menerima hidup apa adanya)

TA = Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa
         (mendasar ,totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang       hidup)

SA = Sifat ingsun handulu sifatullah
         (membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)

WA = Wujud hana tan kena kinira
          (ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas)

LA  = Lir handaya paseban jati
         (mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)

PA  = Papan kang tanpa kiblat
          (Hakekat Allah yang ada di segala arah)

DhA = Dhuwur wekasane endek wiwitane
           (Untuk bisa di atas tentu dimulai dari dasar)

JA  = Jumbuhing kawula lan Gusti
         (selalu berusaha menyatu -memahami kehendakNya)

YA  = Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi
          (yakin atas titah /kodrat Ilahi)

NYA = Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki
           (memahami kodrat kehidupan)

MA  = Madep mantep manembah mring Ilahi
          (yakin - mantap dalam menyembah Ilahi)

GA  = Guru sejati sing muruki
         (belajar pada guru sejati)

BA  = Bayu sejati kang andalani
         (menyelaraskan diri pada gerak alam)

THA = Tukul saka niat
         (sesuatu harus tumbuh dari niat)

NGA = Ngracut busananing manungso
         (melepaskan egoisme pribadi-manusia)

Serat Dharmawisata ( khusus untuk keluarga )

Ajaran Keluarga Sakinah Serat Darmawasita
Serat Darmawasita ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada tahun 1878 M. Serat tersebut berisi tentang ajaran untuk mencapai keluarga sakinah.

Pupuh Dhangdhanggula
1 Mrih sarkara pamardining siwi/
winursita denira manitra/
nujwari Selasa Wage/
triwelas sasi Mulud/
kasanga Dal sengkaleng warsi/
wineling anengaha/
sariranta iku/
mring iki wasitaning wang/
marang sira putrengsun jaler lan estri/
muga padha ngestokna//

Supaya manis cara mendidik anak
diceriterakan bagaimana cara menulis
bertepatan hari Selasa Wage
13 bulan Maulud
ke -9 dengan sengkalan tahun
pesan ini ditujukan
kepadamu terhadap nasihatku ini
kepada putraku laki-laki dan perempuan
harap semuanya memperhatikan

2 Rehne sira wus dewasa sami/
sumurupa lakoning agesang/
suntuturi kamulane/
manungsa estri jalu papantaran denya dumadi/
neng donya nut agama/
jalu estri dhaup mongka kanthining agesang lawan kinen marsudi dawakken wiji/
ginawan budidaya//.

Karena kalian sudah sama –sama dewasa
ketahuilah jalan kehidupan
saya beritahu asal mulanya
manusia perempuan dan laki-laki
tidak banyak selisih usianya ketika dilahirkan
di dunia menurut agama
laki-laki perempuan kawin sebagai teman hidup
diperintahkan berusaha untuk memperpanjang benih
dibekali segala akal budi.

3 Yeka mongka srananing dumadi/
tumandhuke marang saniskara/
manungsa apa kajate/
sinembadan sakayun/
yen dumunung mring wolung warni/
ingaran asthagina/
iku tegesipun/
wolung pedah tumrapira/
marang janma margane mrih sandhang bukti/
kang dhingin winicara//

Sebagai sarana hidup
berlakunya pada segala sesuatu
sesuai dengan maksud manusia
semua kehendak tercapai
jika berpedoman pada delapan ajaran
yang dinamakan asthagina
itu artinya
delapan manfaat bagimu
yang ditujukan bagi manusia untuk mencari penghidupan
yang lebih dulu dibicarakan.

4 Panggaotan gelaring pambudi/
warna-warna sakaconggahira/
nuting jaman kalakone/
rigen ping kalihipun/
dadi pamrih marang pakolih/
katri gemi garapnya/
margane mrih cukup/
papat nastiti papriksa/
iku dadi margane weruhing pasthi/
lima wruh etung ika//.

Pekerjaan sebagai upaya akal budi
macam-macam sesuai kemampuanmu
sesuai dengan masa terjadinya
yang kedua tertib
menjadi sarana untuk memperoleh sesuatu
yang ketiga, berhematlah
jalannya agar kecukupan
yang keempat, teliti dalam melihat sesuatu
Itu menjadi jalan untuk mengetahui kepastian
yang kelima, mengetahui perhitungan.

5 Watek adoh mring butuh sahari/
kaping nenem taberi tatanya/
ngundhakken marang kawruhe/
ping pitu nyegah kayun/
pepenginan kang tanpa kardi/
tan boros marang arta/
sugih watekipun/
ping wolu nemen ing sedya/
watekira sarwa glis ingkang kinapti/
yen bisa kang mangkana//.

Tabiat jauh dari kebutuhan keseharian
keenam, rajin dalam bertanya
meningkatkan pengetahuan
ketujuh, mengendalikan kehendak
keinginan yang tidak berguna
tidak boros dalam keuangan
kaya wataknya
kedelapan, mempunyai kemauan yang keras
mempunyai watak serba cepat dalam mengerjakan sesuatu
kalau dapat demikian.

6 Angadohken durtaning kang ati/
anyedhakken rahayuning badan/
den andel mring sesamane/
lan malih wekasingsun/
aja tuman utang lan silih/
anyudakken derajat camah wekasipun/
kasoran prabawanira/
mring kang potang lawan kang sira silih/
nyatane angrerepa//.

Menjauhkan rasa iri
mendekatkan pada keselamatan badan
dapat dipercaya sesama
dan lagi pesanku
jangan membiasakan berhutang dan meminjam
mengurangi harga diri mendapat malu akhirnya
kalah kewibawaanmu
terhadap yang menghutangi dan yang meminjamimu
kenyataannya minta dikasihani

7 Luwih lara laraning kang ati/
ora kaya wong tininggal arta/
kang wus ilang piyandele/
lipure mung yen turu/
lamun tangi sungkawa malih/
yaiku ukumira/
wong nglirwakken tuduh/
ingkang aran budidaya/
temah papa asor denira dumadi/
tan amor lan sasama//.

Lebih sakit sakitnya hati
tidak seperti orang yang ditinggalkan uang
yang sudah hilang rasa percaya dirinya
terlibur hanya ketika tidur
ketika bangun bersusah lagi
itulah hukumannya
orang yang tidak menuruti nasihat
yang disebut budi dan akal
sehingga hina rendah dalam kehidupannya
tidak bergaul dengan sesama.

8 Kaduwunge saya angranuhi/
sanalika kadi suduk jiwa/
enget mring kaluputane/
yen kena putraningsun/
aja kadi kang wus winudi/
dupeh wus darbe sira/
panci pancen cukup/
becik linawan gaota/
ingkang supaya kayuman ning dumadi/
madu lamis sangsaya//.

Penyesalan yang semakin menjadi-jadi
seketika seperti hendak bunuh diri
ingat akan kesalahannya
kalau dapat putraku
janganlah terjadi seperti yang di atas
mentang-mentang engkau telah memiliki segalanya
persediaan yang cukup
lebih baik bekerja
supaya hidupnya terlindungi
terhindar dari kesengsaraan.

9 Rambah malih wasitaning siwi/
kawikana patraping agesang/
kang kanggo ing salawase/
manising netya luruh/
angedohken mring salah tampi/
wong kang trapsileng tata/
tan agawe rengu/
wicara lus kang mardawa/
iku datan kasendhu marangsasami/
wong kang rumaket ika//

Ada lagi nasihat anakku
ketahuilah akan tingkah laku hidup
yang untuk digunakan selama lamanya
manisnya hati yang halus
menjauhlah dari kesalahfahaman
orang yang berperilaku sopan
tidak akan membuat marah
bicaralah halus yang menyenangkan
itu tidak akan ditegur oleh sesama
orang yang akrab itu

10 Karya resep mring rewange linggih/
wong kang manut mring caraning bangsa/
watekjembar pasabane/
wong andhap asor iku/
yekti oleh panganggep becik/
wong meneng iku nyata/
neng jaban pakewuh/
wong aprasaja solahira/
iku ora gawe ewa kang ningali/
wong nganggo tepanira//.

Membuat senang teman duduk
orang yang menuruti aturan bangsanya
pergaulannya luas
orang yang merendahkan diri itu
selalu memperoleh anggapan baik
orang pendiam itu nyata
berada di luar kesulitan
orang yang bertingkah laku bersahaja
itu tidak membuat iri hati kepada orang yang melihat
orang yang memakai tenggang rasa

11 Angedohken mring dosa sayekti/
wong kang enget iku watekira/
adoh marang bilahine/
mangkana sulangipun/
wong kang amrih arjaning dhiri/
yeku pangolahira/
batin lahiripun/
ing lahir grebaning basa/
yeka aran kalakuwan ingkang becik/
margane mring utama//.

Menjauhkan dari dosa sejati
orang yang selalu ingat itu wataknya
jauh dari bahaya
demikianlah persoalannya
orang yang ingin mempunyai keselamatan diri
itulah cara mengolahnya
batin dan lahir
dalam lahirnya tercermin tingkah lakunya
yang disebut tingkah laku yang baik
jalannya menuju kepada keutamaan.

12 Pepuntone nggonira dumadi/
ngugemana mring catur upaya/
mrih tan bingung pamundhine/
kang dhingin wekasingsun/
anirua marang kang becik/
kapindho anuruta/
mring kang bener iku/
katri ngguguwa kang nyata/
kaping pate miliha ingkang pakolih/
dadi kanthi neng ndonya//

Kesimpulan dari pada kalian di dunia
taatilah empat upaya
agar tidak bingung memilihnya
yang pertama nasihatku
menirulah kepada yang baik
kedua, menurutlah
kepada yang benar
ketiga, percayalah pada hal yang nyata
keempat, pilihlah yang bermanfaat
jadi pegangan di dunia

Pupuh Kinanthi

1 Dene wulang kang dumunung/
pasuwitan jalu estri/
lamun sregep watekira/
tan karya gela kang nuding/
pethel iku datan dadya/
jalarane duk sayekti//

Adapun ajaran yang berkenaan
pengabdian suami istri
jika rajin wataknya
tidak membuat kecewa yang menyuruh
suka bekerja itu lakukanlah
sebab yang sesungguhnya

2 Tegen iku watekipun/
akarya lega kang nuding/
wekel marganing pitaya/
dene ta pangati-ati/
angedohken kaluputan/
iku margane lestari//.

Tekun bekerja itu wataknya
membuat senang bagi yang menyuruh
bersungguh-sungguh bekerja
menyebabkan dipercaya
adapun kehati-hatian
menjauhkan dari kesalahan
itu sebabnya lestari

3 Lawan malih wulangipun/
marganing wong kanggep nglaki/
dudu guna japa mantra/
pelut dhuyung sarandhesthi/
dumunung neng patrapira/
kadi kang winahya iki//

Dan ajarannya lagi
yang membuat orang dihargai sebagai laki-laki
bukan guna-guna japa mantra
pemikat halus sebagai sarana
untuk mencapai tujuan
ada dalam tingkah lakumu
seperti yang dinyatakan berikut ini

4 Wong wadon kalamun manut/
yekti rinemenan nglaki/
miturut marganing welas/
mituhu marganing asih/
mantep marganireng tresna/
yen temen den andel nglaki//

Kalau perempuan itu menurut
sungguh-sungguh akan disenangi suami
menurut menyebabkan sayang
menetapi perintah menimbulkan kasih
sungguh-sungguh mewujudkan cinta
kalau jujur dipercaya lelakinya.

5 Dudu pangkat dudu turun/
dudu brana lawan warni/
ugere wong pada krama/
wruhanta dhuh anak mami/
mring nurut nyondhongi karsa/
rumeksa kalayan wadi//.

Bukan pangkat bukan keturunan
bukan kekayaan dan rupa
syarat orang dalam perkawinan
ketahuilah wahai anakku
menurut dan mendukung kehendak (suami)
menjaga dengan rahasia

6 Basa nurut karepipun/
apa sapakoning laki/
ingkang wajib lineksanan/
tan suwala lan baribin/
lejaring netya saranta/
tur rampung tan pindho kardi//

Menurut artinya
apa pun yang diperintah lelaki
wajib dilaksanakan
tidak suka membantah dan mengulur-ulur waktu
senang menyelesaikan pekerjaan secepatnya
dan pekerjaan selesai tanpa pengulangan dua kali

7 Dene condhong tegesipun/
ngrujuki karsaning laki/
saniskara solah bawa/
tanya tur nyampah maoni/
apa kang lagi rinenan/
openana kang gumati//

Sedangkan yang dimaksud setuju
menyetujui apa pun yang dikehendaki suami
segala tingkah laku
bertanyalah tanpa mencela
apa yang sedang menjadi kegemarannya
rawatlah sebaik-baiknya

8 Wong rumekso dunungipun/
sabarang darbeking laki/
miwah sariraning priya/
kang wajib sira kawruhi/
wujud warna cacahira/
endi bubuhaning estri//.

Orang menjaga artinya
segala kepunyaan suami
dan sekaligus badannya
yang wajib engkau ketahui
bentuk, warna, dan jumlahnya
mana yang dimiliki istri


9 Wruha sangkan paranipun/
pangrumate den nastiti/
apa dene guna kaya/
tumanjane den patitis/
karana bangsaning arta/
iku jiwa dereng lair//

Ketahuilah asal-usulnya
rawatlah dengan teliti
juga dengan harta kekayaannya
pergunakanlah dengan tepat
karena yang namanya harta
itu ibarat sukma belum nyata

10 Basa wadi wantahipun/
solah bawa kang piningit/
yen kalair dadya ala/
saru tuwin anglingsemi/
marma sira den abisa/
nyimpen wadi ywa kawijil//.

bahasa rahasia artinya
tingkah laku yang tersembunyi
kalau diketahui orang menjadi jelek
tidak senonoh dan memalukan
maka hendaklah engkau dapat
menyimpan rahasia jangan sampai diketahui orang lain

Pupuh Mijil

1 Wulang estri kang wus pala krami/
lamun pinitados/
amengkoni mring bale wismane/
among putra maru sentanabdi/
den angati-ati/
ing sadurungipun//.

Ajaran untuk wanita yang sudah menikah
kalau dipercaya
mengatur rumah tangganya
mengasuh anak, madu dan abdi
berhati-hatilah
sebelumnya

2 Tinampanan waspadakna dhingin/
solah bawaning wong/
ingkang bakal winengku dheweke/
miwah watak pambekane sami/
sinukna ing batin/
sarta dipunwanuh//.

Terimalah dan waspadailah lebih dulu
tingkah lakunya seseorang
yang akan diperistrinya
termasuk watak kebiasaanya
perhatikanlah dalam batin
serta kenalilah

3 Lan takokna padatan ingkang wis/
caraning lelakon/
miwah apa saru sesikune/
sesirikan kang tan den remeni/
rungokena dhingin/
dadi tan pakewuh//.

Dan tanyakan kebiasaannya yang sudah-sudah
cara kehidupannya
termasuk hal-hal yang tidak disukainya
semua pantangan dan yang tidak disukainya
dengarkanlah dahulu
agar tidak menimbulkan kesulitan

4 Tumpraping reh pamanduming wanci/
tatane ing kono/
umatura dhingin mring priyane/
yen pinujuno ing asepi/
ywa kongsi baribin/
saru yen rinungu//

Bagi pengaturan waktu
yang berlaku di situ
bicarakan dulu dengan suami
di kala waktu senggang
jangan sampai terjadi kesalahfahaman
memalukan kalau terdengar

5 Mbokmanawa lingsem temah runtik/
dadi tan pantuk don/
dene lamun ingulap netyane/
datan rengu lilih ing penggalih/
banjurna derangling/
lawan tembung alus//

Mungkin malu sehingga hatinya marah
sehingga tidak mencapai tujuan
adapun jika ditolak hatinya
tidak marah dan berkenan hatinya
teruskan pembicaraanmu
dengan perkataan yang halus

6 Anyuwuna wulang wewalere/
nggonira lelados/
lawan endi kang den wenangake/
marang sira wajibing pawestri/
anggonen salami/
dimen aja padu//.

Mintalah petunjuk aturannya
didalam engkau melayani
serta mana yang diperbolehkan
kepada engkau yang menjalankan kewajiban sebagai istri
pergunakan hal ini selamanya
agar tidak terjadi pertengkaran.

7 Awit wruha kukune jeng Nabi/
kalamun wong wadon/
ora wenang andhaku darbeke/
priya lamun durung den lilani/
mangkono wong laki/
tan wenang andhaku//.

Karena ketahuilah hukum Nabi
kalau seorang wanita
tidak berwenang mengakui miliknya
pria kalau belum diizinkan
demikianlah orang bersuami
tidak berwenang mengakui barang itu sebagai miliknya

8 Mring gawane wong wadon kang asli/
tan kena denemor/
lamun durung ana palilahe/
yen sajroning salaki sarabi/
wimbuh raja ta di/
iku jenengipun//

Terhadap harta bawaan orang wanita yang asli
tidak boleh dicampur
sebelum ada izin
bila dalam perkawinan
kekayaan bertambah
itu namanya

9 Gana gini pada andarbeni/
lanang lawan wadon/
wit sangkane saka sakarone/
nging wewenang isih aneng laki/
marma ywa gagampu/
raja ta di mau//

Gana-gini dimiliki bersama sama
laki-laki (suami) serta istri
karena harta itu datangnya dari mereka berdua
tetapi yang berhak masih suami
oleh karena itu jangan engkau meremehkan
yang dinamakan kekayaan tadi

10 Gana gini ekral kang njageni/
saduman wong wadon/
kang rong duman wong lanang kang darbe/
lamun duwe anak jalu estri/
bapa kang wenehi/
sandhang panganpun//.

Harta yang diperoleh sejak menikah merupakan harta yang
harus dijaga sungguh-sungguh
yang sebagian untuk istri
yang dua bagian suami yang memiliki
apabila mereka memiliki anak laki-laki atau perempuan
bapak yang memberi
sandang pangan mereka

11 Pamo pegat mati tuwin urip/
nggonira jejodhon/
iku ora sun tutur kukume/
wewenange ana ing sarimbit/
ing mengke mbaleni/
tuturingsun mau//.

Apabila cerai baik mati atau hidup
dalam berumah tangga
itu tidak kuberitahukan peraturannya
wewenangan ada di mereka berdua
sekarang kembali lagi pada
nasihatku tadi

12 Yen wus sira winulang wineling/
wewalere condhong/
lan priyanta ing bab pamengkune/
bale wisma putra maru abdi/
lawan raja ta di/
miwah kayanipun//.

Setelah engkau diajari nasihat
setuju dengan peraturan
suamimu dalam hal mengemudikan
rumah tangga, anak, madu, abdi
dan kekayaan
dengan penghasilannya

13 Iku lagi tampanana nuli/
ingkang nastitiyo/
tinulisan apa saanane/
tadhah putra selir santanabdi/
miwah raja ta di/
kagunganing kakung//.

Baru terimalah dengan seksama
dengan teliti
tuliskan apa adanya
juga anak, selir, dan para abdi
dengan kekayaan
kepunyaannya lelaki

14 Yen wus tlesih nggonira nampani/
sarta wis waspaos/
aturena layang pratelane/
mring priyanta paran ingkang kapti/
ngentenana malih/
mring pangatagipun//

Setelah dengan jelas kau menerimanya
serta sudah waspada
haturkanlah surat perinciannya
kepada suamimu tentang pekerjaan itu
tunggulah kembali
kepada perintahnya

15 Kang supaya aja den arani/
wong wadon sumanggon/
bokmenawa gela ing batine /
becik apa ginrayang muni/
mring kayaning laki/
kang yogya satuhu//

Agar supaya jangan dituduh
wanita yang sombong
mungkin kecewa dalam batinnya
lebih baik rabalah hatinya
pada penghasilan lelaki
yang patut senyatanya

16 Ing sanadyan lakinira becik/
momong mring wong wadon/
wejanana kang mringna liyane/
jer manungsa datan nunggil kapti/
ana ala becik/
ing panemunipun//

Walaupun lelakimu baik
dapat ngemong wanita
ketahuilah sifat-sifat yang lain
karena sebagai manusia tidak akan selalu sama keinginannya
ada jelek baiknya
dalam pendapatnya

17 Lamun kinen banjur ambawani/
ywa age rumengkuh/
lulusena lir mau-maune/
aja nyuda, aja amuwuhi/
tampanana batin/
ngajarna awakun//

Kalau kemudian disuruh mengurusi
janganlah cepat-cepat menyanggupi
luluskanlah seperti sedia kala
jangan mengurangi, jangan menambahi
terimalah dalam batin
belajarlah dengan tulus

18 Endi ingkang pinitayan nguni/
amengku ing kono/
lestarekna ywa lirip atine/
slondhohona, lilipuren asih/
mrih trimaningati/
kena sira tuntun//.

Mana yang dipercaya dulu
yang menyamai di situ
lestarikan agar tidak kecewa hatinya
ajaklah bicara, hiburkanlah dengan penuh kasih sayang
supaya hatinya dapat menerima
dapat engkau bimbing

19 Yen wus cukup acukup pikiring/
wong sajroning kono/
lawan uwis metu piandele/
marang sira ora walang ati/
iku sira lagi/
ngetrap pranatanmu//.

Kalau sudah cukup setuju dan cakap pemikirannya
orang di dalamnya sana
dan sudah percaya
kepadamu tanpa ragu-ragu
itu engkau baru
menerapkan peraturanmu

20 Wewatone nyongga sandhang bukti/
nganakken kaprabon/
jalu estri supangkat pangkate/
iku saking pametu sesasi/
utawa sawarsi/
para gunggungipun//.

Kuncinya mengatur kebutuhan sehari-hari
menyelenggarakan rumah tangga
suami istri sepakat mengatur pengeluaran
itu dari penghasilan sebulan
atau setahun
berapa pun jumlahnya.
Sumber " dunia maya Kejawen "

Manusia Harus Percya Ghaib

Mau tidak mau, makhluk hidup harus mempercayai pada sesuatu yang ghaib. Apabila tidak mempercayai hal yang ghaib, berarti kita sudah tidak percaya pada GUSTI ALLAH. Lho kok bisa? Jelas bisa. Alasannya, bukankah GUSTI ALLAH itu ghaib? Antara manusia dan GUSTI ALLAH terdapat ribuan hijab yang menutupi sehingga kita tidak bisa melihatNYA secara langsung.

Bahkan kita tidak bisa merabaNYA karena GUSTI ALLAH itu sifatnya tidak wujud.Kalau wujud, berarti bukanlah GUSTI ALLAH.

Itulah yang harus kita jadikan sebagai pegangan agar kita tidak terperdaya dalam memahami dan menyembah pada yang bukan GUSTI ALLAH.

Nah, seperti dijelaskan GUSTI ALLAH lewat Al'Quran, ALLAH sendiri sangat dekat. GUSTI ALLAH dalam Al'Quran menjelaskan yang kurang lebih artinya, "Kalau engkau bertanya tentang AKU, AKU ini sangat dekat. Bahkan lebih dekat dari urat lehermu sendiri." Dari situlah kita bisa melihat bahwa GUSTI ALLAH itu dekat.

Pada tubuh seluruh manusia terdapat GUSTI ALLAH. Dimanakah posisiNYA? GUSTI ALLAH itu berada pada hati nurani yang paling dalam. Hati manusia dibagi menjadi 2 bagian yakni hati besar dan hati kecil. Perlu diketahui bahwa hati besar selalu berkata bohong, menghasut, iri, dengki dan lainnya. Sedangkan hati kecil selalu mengatakan hal-hal yang bersifat kebaikan, sabar, lembut dll.

Pada hati kecil itulah GUSTI ALLAH bersemayam. Namun kita tidak bisa memburu keberadaan GUSTI ALLAH dikarenakan adanya ribuan hijab yang menghalangi itu sendiri. GUSTI ALLAH akan menyatu dan menguasai tubuh kita, jika GUSTI ALLAH sendiri yang berkehendak.

Dalam pikiran manusia juga dibagi menjadi 2 yaitu pikiran materiil dan spirituil. Kalau pikiran materiil yang lebih menonjol, tentu manusia itu akan memburu hal-hal yang bersifat materiil seperti kekayaan, kemakmuran, pangkat, jabatan, lawan jenis dan lainnya. Namun kalau pikiran spirituil yang menonjol, maka seorang manusia boleh dikatakan hampir mirip dengan malaikat. Oleh karena itu, antara sisi materiil dan spirituil haruslah seimbang. Di satu sisi kita wajib bekerja untuk mencari materi, di sisi lain kita juga wajib untuk manembah dan memuji kebesaran GUSTI.

Untuk mendalami sisi spirituil, GUSTI ALLAH menciptakan piranti yang disebut dengan GURU SEJATI. Sebetulnya antara GUSTI ALLAH dan GURU SEJATI itu pada prinsipnya sama. Jika seseorang mulai memiliki keinginan dan kerinduan terhadap TUHAN, maka GURU SEJATI itulah yang akan memandu untuk lebih bisa mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa GURU SEJATI yang ada pada manusia itu adalah NUR MUHAMMAD. Pendapat itupun ada benarnya. Pasalnya, manusia yang hidup di dunia ini selalu memiliki NUR MUHAMMAD. NUR MUHAMMAD itulah yang menjadi penghubung antara seorang manusia dengan GUSTI ALLAH.

Nah, biasanya GURU SEJATI itu senantiasa mengajarkan lewat kata hati kita. Ia senantiasa menggerakkan rasa dan hati kita untuk selalu mendekat kepada GUSTI. Bahkan tidak jarang GURU SEJATI juga mengajarkan apa yang harus dilakukan dalam sebuah ritual. GURU SEJATI bersemayam dalam rasa.

Contohnya, pernahkah Anda merasa kesepian walaupun berada di tengah keramaian? Nah, kalau Anda sedang dalam posisi seperti itu, cobalah untuk mendengarkan hati kecil Anda dan mengikuti rasa yang muncul. Sebab kata hati kecil dan rasa itu adalah GURU SEJATI Anda sendiri. Setiap manusia memiliki GURU SEJATI. Tergantung manusia itu sendiri apakah GURU SEJATI tersebut lebih banyak didengarkan ataupun lebih memilih untuk mendengarkan hati besar yang dipenuhi oleh setan.

Untuk itu, kenalilah GURU SEJATI Anda. Dengan mengenali GURU SEJATI Anda, maka Anda akan bisa selalu 'bermesraan' dengan GUSTI ALLAH. Paling tidak, rasa yang akan muncul adalah kedamaian dan ketentraman yang ada dalam diri Anda, meskipun Anda tidak memiliki uang. Penasaran? Coba Anda praktekkan sendiri.

Coro Kepemimpinan Gajah Mada

Gajah Mada merupakan mahapatih terkenal di era kerajaan Majapahit. Dalam hal kepemimpinan Gajah Mada memiliki ajaran yang disebut Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu. Arti kata Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu adalah

* Asta Dasa artinya 18 (delapan belas).
* Berata artinya pengendalian diri yang merupakan kewajiban pokok seorang pemimpin.
* Pramiteng Prabu artinya Raja (Kepala Negara).

Jadi secara keseluruhan arti dari ajaran Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu yaitu 18 (delapan belas) kewajiban pokok pengendalian diri seorang pemimpin.

Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu Ajaran Kepemimpinan Gajah Mada Tokoh Gajah Mada begitu dikagumi, sehingga terbentuk berbagai mitos tentang dirinya. Gajah Mada dianggap sebagai Keturunan Dewa Brahma. Ia digambarkan memiliki kesempurnaan diri yang mampu memasukkan dewa-dewa kahyangan ke dalam tubuhnya.

Sumber ajaran kepemimpinan Asta Berata ini adalah Kitab Manawa Dharma Sastera. Demikian juga Gajah Mada disebutkan mampu tampil sebagai Dewa asmara yang tampan, cemerlang dan jaya yaitu :
(1) Tokoh yang pada mulanya datar, namun dapat membuat kejutan dengan menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak terpuji, misalnya dalam menghadapi Kebo Wawira (Kebo Iwa)
(2) Jaya secara lahiriah, ialah sebagai pencetus gagasan-gagasan yang dapat mengantarkannya mencapai kedudukan yang tinggi sebagai Mahapatih kerajaan Majapahit
(3) Kejayaan dalam pemikirannya didapat berkat keturunannya yang agung dan juga karena bakti, ketaatan dan kesetiaannya pada mereka yang diabdinya, terutama raja
(4) kejayaan batin didapat berkat sifat-sifat tersebut di atas pada guru agama dan pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab agama sebagai persiapan menuju Moksa (rohani dan jasmani langsung ke Sorga Loka). Gajah Mada adalah sosok orang Indonesia berdarah rakyat, meskipun ditulisnya juga bahwa kepercayaan orang Bali, Gajah Mada adalah penjelmaan Sang Hyang Narayana (Dewa Wisnu) ke atas dunia.

Menurut ajaran tersebut seorang pemimpin hendaknya :

1) Rajin sembahyang, meditasi atau samadhi.
Digambarkan bahwa sejak anak-anak, Gajah Mada suka sembahyang atau meditasi. Meditasi sering dilakukan malam hari dan sering mendapatkan vision (penglihatan) dewata yakni mendapat petunjuk dari dewa Brahma.

2) Menjadi pelopor dan memiliki wawasan ke depan.
Gajah Mada selalu menjadi pelopor dan mengambil inisiatif yang pertama serta bekerja keras diantara teman-teman sebayanya.

3) Mampu memberi semangat dalam kerja keras dan berat, terutama dalam memajukan sistem pertanian.
Gajah Mada mampu memotivasi sesamanya. Kharismanya tampak sejak anak-anak, kemana Gajah Mada pergi diikuti oleh teman-teman sebayanya.

4) Ahli memimpin, termasuk memimpin sidang, hatinya terbuka dan kata-katanya manis bagai air kehidupan.
Dalam berbagai kesempatan Gajah Mada digambarkan dapat memimpin sidang, memiliki keterbukaan dan memimpin yang memberikan kesejukan kepada bawahannya.

5) Mampu menarik simpati, cerdas dan kreatif. Hal ini tampak ketika Gajah Mada pertama kali mengabdikan dirinya di istana maha patih yang sudah mulai tua yang bernama Arya Tadah, dan kemudian dia dikawinkan dengan putrinya yang bernama Dyah Bebed. Kecerdasan Gajah Mada tampak pula ketika ia ingin mengetahui wajah asli raja Bedahulu dengan cara minta dijamu sayur pakis yang utuh sedepa panjangnya, lauk pauknya setumpuk usus ayam, minumnya satu bumbung legen, ia bersedia makan dihadapan raja. Dengan cara demikian itu Gajah Mada akan mudah melihat wajah raja Bali pada saat itu, dan raja tidak boleh membunuh utusan raja Majapahit ini, apalagi yang bersangkutan sedang menikmati makanan.

6) Sopan dan ramah. Gajah Mada sangat sopan dan ramah ketika ia ditanya oleh Kebo Wawira (Kebo Iwa) dan Pasung Grigis tentang maksud kedatangannya ke Bali. Gajah Mada diutus oleh raja Jawa yang mempunyai putri yang sangat cantik, tiada duanya di Wilatikta, dan memuji Kebo Wawira (Kebo Iwa) supaya bersedia mengawini putri Jawa tersebut. Karena penampilannya yang sopan dan ramah, akhirnya Kebo Wawira (Kebo Iwa) berhasil ditipu oleh Gajah Mada.

7) Senantiasa menuntut ilmu pengetahuan, tidak mementingkan kesukaan duniawi, mempelajari kitab suci, dan melaksanakan upacara yadnya.

8) Senantiasa melindungi warga dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, menegakkan keadilan.

9) Seorang pemimpin hendaknya gagah berani, bertanggung jawab, dan tangguh dalam menghadapi berbagai masalah, tunduk kepada aturan (hukum). Tidak menghina rakyat jelata, dan tidak menjilat kepada penguasa (atasan).

10) Menghormati orang bijaksana, menghargai para pahlawan, dan senantiasa melakukan tapabrata dan semadhi.

Ajaran Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu antara lain

1. Wijaya: bersikap tenang dan bijaksana.
2. Matri Wira: berani membela yang benar.
3. Natanggwan: mendapat kepercayaan rakyat,
4. Satya bhakti a prabhu: taat kepada pemimpin/pemerintah.
5. Wagmi wak: pandai bericara dan meyakinkan pendengar.
6. Wicak saneng naya: cerdik menggunakan pikiran.
7. Sarja wopasana: selalu bersikap rendah hati.
8. Dirotsaha: rajin dan tekun bekerja.
9. Tan satresna: Tidak terikat pada satu golongan atau persoalan.
10. Masihi semesta Buwana: bersikap kasih sayang kepada semuanya.
11. Sih Semesta buwana: dikasihi oleh semuanya
12. Negara Ginang Pratidnya: selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan negara.
13. Dibya cita; toleran terhadap pendirian orang lain.
14. Sumantri; tegas dan jujur.
15. Anayaken musuh; selalu dapat memperdaya musuh.
16. Waspada Pubha wisesa; waspada selalu/introspeksi.
17. Ambeg Paramartha; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.
18. Prasaja; hiduplah sederhana.(Ahmad Prajoko)

Menngetahui Sang halik/Ghaib

- "GUSTI ALLAH, Panjenengan panggenanipun dhateng pundi?
+ "AKU ono ning teleging ati"
- "GUSTI ALLAH. Kulo sampun nyusul Panjenengan dumugi dhateng teleging ati. Panjenengan
kok mboten wonten. Panjenengan dhateng pundi?
+ "Kowe ora bakal biso nggoleki AKU. AKU ono ning teleging urip. Kowe bisa ketemu kelawan
AKU yen wis titi mongsone"

Terjemahan:
- "GUSTI ALLAH, dimanakah ENGKAU?
+ "AKU ada di dasar hati (hati sanubari)"
- "GUSTI ALLAH. Saya sudah menyusul ENGKAU di dasar hati. ENGKAU kok tidak ada. Dimanakah
ENGKAU?
+ "Kamu tidak bakal bisa mencari AKU. AKU ada di dasar hidup. Kamu bisa ketemu AKU jika
sudah saatnya"

Gambaran dialog di atas menggambarkan betapa sulit dan berlikunya untuk bisa bertemu dengan Sang Hyang Urip atau GUSTI ALLAH. Kita tidak akan bisa bertemu, apalagi bersatu dengan GUSTI ALLAH jika belum saatnya. Namun, dari dialog itu kita bisa tahu bahwa ALLAH itu dekat. Seperti yang dijelaskan GUSTI ALLAH sendiri dalam Al'Quran "AKU tidak jauh dari urat lehermu sendiri."

Namun orang Jawa memiliki falsafah tersendiri agar tidak putus asa untuk bisa bertemu Sang Khalik. Falsafah tersebut berbunyi,"Sopo sing temen bakal tinemu." Yang artinya, "Siapa yang benar-benar mencari, bakal menemukannya". Falsafah tersebut sangat besar artinya bagi para pendaki spiritual. Setidaknya, kita pasti bisa bertemu dengan GUSTI ALLAH di alam kematian saat kita hidup di dunia ini.

Lho hidup di dunia ini kok disebut alam kematian? Karena orang hidup di dunia itu hakekatnya adalah mati, dan orang yang sudah mati itu hakekatnya hidup. Alasannya, kita hidup di dunia ini selalu diperalat oleh kulit, daging, perut, otak dan lain-lainnya. Oleh karena itu, saat kita hidup di dunia ini pasti membutuhkan makanan untuk kita makan. Sarana untuk bisa mendapatkan makanan adalah dengan bekerja mencari duit.

Nah, kita makan itu sebetulnya hanyalah untuk menunda kematian. Lantaran diperalat oleh indera, kulit, daging, perut, otak dan lainnya, maka kita ini disebut mati. Tetapi ketika seseorang itu mati, badan yang bersifat jasad ini ditinggalkan. Yang hidup hanyalah ruh. Ruh tidak pernah butuh makan, tidur, apalagi butuh duit. Ruh itu hanya butuh bertemu dengan si Pemilik Ruh.

Di bagian lain pada blog ini pernah dijelaskan perihal "belajarlah mati sebelum kematian itu datang". Artinya, ketika kita hidup di dunia ini hendaklah kita belajar mematikan hawa nafsu dan membersihkan segala hal yang bersifat mengotori hati. Tujuannya semata-mata hanya untuk bertemu dengan GUSTI ALLAH.

Mengapa kita mesti belajar mati? Belajar mati sangatlah penting. Agar nanti ketika kita mati tidak salah arah dan salah langkah. Lho...bukankah orang mati itu ibarat tidur menunggu pengadilan dari Hyang Maha Agung? Oh...tidak. Orang mati itu justru memulai kembali perjalanan menuju ke Hyang Maha Kuasa. Orang Jawa mengatakan dalam kata-kata bijaksananya,"Urip iku ibarat wong mampir ngombe (Hidup itu seperti orang yang mampir minum)". Kalau diibaratkan secara detil, orang hidup di dunia ini sebenarnya mirip seorang musafir yang berjalan, lalu kelelahan, istirahat dan minum di bawah pohon. Ketika rasa letih dan lelah itu sudah sirna, si musafir itupun harus kembali melanjutkan perjalanannya. Kemana? Tentu saja ke tempat tujuannya.

GUSTI ALLAH itu dekat, jika sang musafir senantiasa mengingat-ingat tentang GUSTI ALLAH. Tetapi sebaliknya, GUSTI ALLAH itu jauh ketika sang musafir tersebut lebih banyak berpikir tentang hal-hal lain yang bersifat duniawi selain GUSTI ALLAH.

Pertanyaannya, Bagaimana untuk bisa bertemu dengan ALLAH? Ibarat kita hendak bertemu sang kekasih hati, gambaran wajah sang kekasih hati sudah terlukis dalam benak kita meski lama tak bertemu dan di lokasi yang jauh. "Jauh di mata, dekat di hati". Oleh karena itu, pertama, GUSTI ALLAH harus selalu terlukis dalam benak kita. Artinya, kita harus senantiasa eling.

Kedua, GUSTI ALLAH itu bersifat Ghaib. "Mustahil bagi kita yang nyata ini bertemu dengan yang Ghaib," begitu kata orang rasional. Tapi pendapat itu tidak berlaku bagi para pendaki spiritual. Seseorang bisa bertemu dengan Sang GHAIB dengan menggunakan satu piranti khusus. Apakah itu? Piranti itu adalah mata batin. Sebab GUSTI ALLAH tidak bisa dipandang dengan mata telanjang.

Dari kedua cara tersebut, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kedua cara tersebut lebih mengandalkan pada piranti yang lebih halus lagi untuk bisa bertemu dengan GUSTI ALLAH yaitu dengan RASA. Jika RASA itu sudah terbiasa diasah, maka akan menjadi tajam seperti mata pedang. Cobalah untuk berlatih mengasah RASA dengan cara belajar mati., sumber dunia maya" kejawen"

Ada apa dengan ajaran seh siti jenar menjadi kontrolversial

Ajaran Syekh Siti Jenar memang hingga kini menimbulkan kontroversi. Apalagi ketika sang Syekh berbicara tentang hidup dan mati. Menurut Siti Jenar, kehidupan manusia di dunia ini disebut berada di alam kematian. Sementara, jika manusia itu mati, justru disebut-sebut telah memasuki awal kehidupan yang hakiki dan abadi.

Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam diri manusia, yaitu di dalam budi. Pendapat tersebut disyiarkan oleh Siti Jenar secara terbuka dan gamblang. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan Syekh Siti Jenar.

Dalam tataran ilmu, pemahaman yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar itu sudah memasuki tahap hakekat atau bahkan makrifat. Tidak mengherankan jika, pemahaman tentang ketuhanan yang dimilikinya akhirnya dicap dengan kata sesat.

Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar menganggap bahwa agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah pada zat yang maha kuasa dengan caranya sendiri-sendiri. Bahkan masing-masing agama itu menyebut asma GUSTI ALLAH dengan nama yang berbeda-beda, demikian pula dengan ajaran dan tatacaranya.

Bahkan Syekh Siti juga mengajarkan bahwa dalam manembah pada GUSTI ALLAH, seseorang hendaknya melakukannya dengan ikhlas. Artinya, ketika seseorang melakukan sembahyang ataupun sholat dengan mengharapkan surga, pahala atau kemudahan untuk rezeki, maka belum bisa disebut sebagai ikhlas.

Ajaran Manembah

Dalam ajaran manembahnya, Syekh Siti Jenar tidak pernah menganggap dirinya sebagai GUSTI ALLAH. Orang cenderung banyak salah persepsi tentang konsep Manunggaling Kawula-GUSTI. Sebenarnya, Manunggaling Kawula-GUSTI itu adalah bahwa dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh GUSTI ALLAH sesuai dengan ayat Al Qur'an yang menerangkan penciptaan manusia.

Ayat tersebut berbunyi: "Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)")>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.

'Mabuk' pada GUSTI ALLAH

Dalam manembah secara ikhlas dan konsentrasi yang tinggi, sering manusia mengalami 'mabuk' pada GUSTI ALLAH. Dalam agama Islam, peristiwa itu disebut juga Zadhab atau kegilaan yang berlebihan terhadap GUSTI ALLAH.

Mereka belajar tentang bagaimana GUSTI ALLAH bekerja, sehingga ketika keinginannya sudah lebur dengan kehendak GUSTI ALLAH, maka yang ada dalam pikirannya hanya Allah, Allah, Allah dan Allah.... disekelilingnya tidak tampak manusia lain tapi hanya GUSTI ALLAH yang berkehendak, Setiap Kejadian adalah maksud GUSTI ALLAH terhadap Hamba ini.... dan inilah yang dibahayakan karena apabila tidak ada GURU yang Mursyid, maka hamba ini akan keluar dari semua aturan yang telah ditetapkan GUSTI ALLAH untuk manusia.

Pasalnya, hamba ini akan gampang terpengaruh setan. Semakin tinggi tingkat keimanannya, maka semakin tinggi juga setan menjerumuskannya.

Hamamayu Hayuning Bawana

Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.

Serat Sabdo Palon Naya Genggong

( Pupuh Sinom )

1. Pada sira ngelingana
Carita ing nguni-nguni
Kang kocap ing serat babad
Babad nagri Mojopahit
Nalika duking nguni
Sang-a Brawijaya Prabu
Pan Samya pepanggihan
Kaliyan Njeng Sunan Kali
Sabda Palon Naya Genggong rencangira

(Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang Negara Mojopahit, Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.)

2. Sang – a Prabu Brawijaya
Sabdanira arum manis
Nuntun dhateng punakawan
“Sabda palon paran karsi”
Jenengsun sapuniki
Wus ngrasuk agama Rosul
Heh ta kakang manira
Meluwa agama suci
Luwih becik iki agama kang mulya

(Prabu Brawijaya berkata lemah-lembut kepada punakawannya: “Sabda palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu. Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik)

3. Sabda Palon matur sugal,
“Yen kawula boten arsi,
Ngrasuka agama Islam
Wit kula puniki yekti
Ratuning Dang Hyang Jawi
Momong marang anak putu,
Sagung kang para Nata,
Kang jumeneng Tanah Jawi,
Wus pinasthi sayekti kula pisahan”.

(Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tidak masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dah Hyang se-tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah Jawa. Sudah digariskan kita harus berpisah)

4. Kelawan Paduka sang Nata,
Wangsul maring sunya ruri,
Nung kula matur petungna,
Ing mbenjang sakpungkur mami,
Yen wus prapta kang wanci,
Jangkep gangsal atus tahun,
Wit ing dinten punika,
Kula gantos kang agami,
Gama Budha kula sebar tanah Jawa.

(Berpisah dengan Sang Prabu kembali keasal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun dari sekarang, saya akan mengganti agama Budha lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.)

5. Sinten tan purun nganggeya,
Yekti kula rusak sami,
Sun sajeken putu kula,
Berkasakan rupi-rupi,
Dereng lega kang ati,
Yen during lebur atempur,
Kula damel pratandha,
Pratandha tembayan mami,
Hardi Merapi yen wus rijeblug mili lahar.

(Bila tidak ada yang mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.)

6. Ngidul ngilen purugina,
Ngganda banger ingkang warih,
Nggih punika medal kula,
Wus nyebar Agama Budi,
Merapi janji mami,
Anggereng jagad satuhu,
Karsanireng Jawata,
Sadaya gilir gumanti,
Boten kenging kalamunta kaowahan.

(Lahar tesebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pratanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Budha. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus berganti. Tidak dapat bila dirubah lagi.)

7. Sanget-sangeting sangsara,
Kan tuwuh ing tanah Jawi,
Sinengkalan tahunira,
Lawon Sapta Ngesthi Aji,
Upami nyabrang kali,
Prapta tengah-tengahipun,
Kaline bajir bandhang,
Jerone ngelebne jalmi,
Kathah sirna manungsa prapteng pralaya.

(Kelak waktunya paling sengsara di tanah jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesti Aji (1.878 atau 1.877). Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang ditengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.)

8. Bebaya ingkang tumeka,
Warata sa Tanah Jawi,
Ginawe kang paring gesang,
Tan kenging dipun singgahi,
Wit ing donya puniki,
Wonten ing sakwasanipun,
Sadaya pra Jawata,
Kinarya amertandhani,
Jagad iki yekti anak akng akarya.


(Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.)

9. Warna-warna kang bebaya,
Angrusaken Tanah Jawa,
Sagung tiyang nambut karya,
Pamedal boten nyekapi,
Priyayi keh beranti,
Sudagar tuna sadarum,
Wong glidhik ora mingsra,
Wong tani ora nyukupi,
Pametune akeh serna aneng wana,

(Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.)

10. Bumi ilang berkatira,
Ama kathah ingkang ilang,
Cinolong dening sujanmi,
Pan sisaknya nglangkungi,
Karana rebut rinebut,
Risak tetaning janma,
Yen dalu grimis keh maling,
Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.

(Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang mnyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi bila siang hari banyak begal.)

11. Heru hara sakeh janma,
Rebutan ngupaya bukti,
Tan ngetang angering praja,
Tan tahan perihing ati,
Katungka praptaneki,
Pageblug ingkang linangkung,
Lelara ngambra-ambra.
Waradin saktanah Jawi,
Enjing sakit sorenya sampun pralaya.

(Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan Negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.)

12. Kasandung wohing pralaya,
Kaselak banjir ngemasi,
Udan barat salah mangsa,
Angin gung anggegirisi,
Kayu gung brasta sami,
Tinempuhing angina angun,
Katah rebah amblasah,
Lepen-lepen samya banjir,
Lamun tinon pan kados samodra bena.

(Bahaya penyakit luar biasa. Disana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir, sehingga bila dilihat persis lautan pasang.)

13. Alun minggah ing daratan,
Karya rusak tepis wiring,
Kang dumunung kering kanan,
Kajeng akeh ingkang keli,
Kang tumuwuh apinggir,
Samya kentir trusing laut,
Sela geng sami brasta,
Kabalebeg katut keli,
Gumalundhung gumludhug suwaranira.

(Seperti lautan meluap arinya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri, Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan bergemuruh suaranya.)

14. Hardi agung-agung samya,
Huru-hara nggeririsi,
Gumleger suwaranira,
Lahar wutah kanan kering,
Ambleber angelelebi,
Nrajang wana lan desagung,
Manugsanya keh brasta,
Kebo sapi samya gusis,
Surna gempang tan wenten mangga puliha.

(Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap kekanan serta kekiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.)

15. Lindu ping pitu sedina,
Karya sisahing sujanmi,
Sitinipun samya nela,
Brekasakan kang ngelesi,
Anyeret sagung janmi,
Manungsa pating galuruh,
Kathah kang nandhang roga,
Warna-warni ingkang sakit,
Awis waras akeh kang praptng pralaya,

(Gempa bumi 7 kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia masuk ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.)

16. Sabda Palon nulya mukswa,
Sakedhap boten kaeksi,
Wangsul ing jaman limunan,
Langkung ngungun Sri Bupati,
Njegreg tan bisa angling,
Ing manah langkung gegetun,
Keduwung lepatira,
Mupus karsaning Dewadi,
Kodrat itu sayekti tan kena owah.

(Demikian kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin dirobah lagi.)

setting Table of Contents pada Blogger

 Memasang Table of Contents pada Blogger Secara Otomatis Jika anda pengguna CMS WordPress, tentunya sangat mudah untuk membuat Table of Cont...